NGANJUK, RABU - Djoko Suprapto, penemu blue energy, akhirnya memperlihatkan hasil temuannya yang menghebohkan itu. Namun, Djoko hanya memamerkan minyak yang disebut-sebut hasil dari air itu di hadapan pengajar Sekolah Tinggi Teknologi TNI AD (STTAD) di rumah dan bengkelnya di Desa Ngadiboyo, Kecamatan Rejoso, Kabupaten Nganjuk, Jatim, Rabu (18/6) sekitar pukul 11.00.
Seperti dikutip Antara, Dandim Nganjuk Letkol (Art) Chrisetyono dan staf pengajar STTAD, Kapten Budi Santoso, mengaku, air yang bisa diubah jadi bahan bakar temuan Djoko Suprapto itu masuk akal dan dapat dinalar serta tidak ada unsur kebohongan atau takhyul.
Blue energy made in Djoko ini diklaim bisa digunakan untuk bahan bakar berbagai jenis kendaraan, mulai mobil sampai pesawat dengan harga yang murah. Namun, banyak pihak, terutama dari kalangan ahli perminyakan, yang meragukan blue energy ini karena menurut mereka untuk menghasilkan minyak dari air diperlukan biaya yang mahal karena memerlukan energi yang besar.
http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2008/
bulan/06/tgl/18/time/105159/idnews/958301/idkanal/10
Rabu, 18 Juni 2008
Selasa, 17 Juni 2008
Misteri Blue Energy - Buktikan Energi Listrik Besar, Joko Rahasiakan Alat
Nganjuk - Pembuktian blue energy yang dilakukan Joko Suprapto kurang transparan. Pembuktian atau ujicoba berjalan sangat tertutup. Yang diujicoba hanya pembangkit listrik, belum sampai ke bahan bakar dari air. Tapi, Joko tetap merahasiakan alat pembangkitnya.
Sejumlah wartawan yang berdatangan ke kediaman Joko di Desa Ngadiboyo, Kecamatan Rejoso, Nganjuk, Jawa Timur, tadinya berharap, 'ilmuwan' tersebut akan memperagakan secara detil bagaimana proses pembuatan blue energy. Namun harapan itu tidak menjadi kenyataan.
Joko bersama tim blue energy dan sejumlah undangan, tiba-tiba saja keluar dari rumah. Mereka bergerak menuju bengkel mobil milik Joko. Bengkel tersebut terletak sekitar 500 meter di sebelah utara rumah Joko. Mereka tampak membawa sebuah alat pembangkit listrik yang terbungkus sebuah kotak.
Joko sama sekali tidak menjelaskan tahap pembuatan air menjadi bahan bakar. Begitupula dengan cara kerja alat pembakit listriknya. Joko dan kawan-kawan hanya menunjukkan alat itu bisa melipatgandakan energi listrik.
Hal itu ditunjukkan dengan mengalirkan listrik dari alat itu ke lampu penerangan jalan dan mesin las di bengkel mobil. Lampu penerangan jalan tersebut tampak menyala terang. Demikian pula dengan mesin las tersebut, bisa berfungsi setelah mendapat suplai listrik dari alat yang dibuat Joko.
Tamu undangan yang hadir, seperti Dandim 0810 Nganjuk Letkol Chrisetyono dan Staf Pengajar Sekolah Tinggi Angkatan Darat Kapten Budi Santoso, tampak puas. Mereka yakin, temuan Joko bukan sebuah kebohongan.
"Ini nyata, bukan suatu pembohongan. Setelah saya melihat langsung, ya nyata. Dari segi teori memang bisa dibenarkan suatu alat dapat melipatgandakan listrik," ujar Budi.( djo / asy )
http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/
2008/bulan/06/tgl/18/time/123021/idnews/958375/idkanal/10
Sejumlah wartawan yang berdatangan ke kediaman Joko di Desa Ngadiboyo, Kecamatan Rejoso, Nganjuk, Jawa Timur, tadinya berharap, 'ilmuwan' tersebut akan memperagakan secara detil bagaimana proses pembuatan blue energy. Namun harapan itu tidak menjadi kenyataan.
Joko bersama tim blue energy dan sejumlah undangan, tiba-tiba saja keluar dari rumah. Mereka bergerak menuju bengkel mobil milik Joko. Bengkel tersebut terletak sekitar 500 meter di sebelah utara rumah Joko. Mereka tampak membawa sebuah alat pembangkit listrik yang terbungkus sebuah kotak.
Joko sama sekali tidak menjelaskan tahap pembuatan air menjadi bahan bakar. Begitupula dengan cara kerja alat pembakit listriknya. Joko dan kawan-kawan hanya menunjukkan alat itu bisa melipatgandakan energi listrik.
Hal itu ditunjukkan dengan mengalirkan listrik dari alat itu ke lampu penerangan jalan dan mesin las di bengkel mobil. Lampu penerangan jalan tersebut tampak menyala terang. Demikian pula dengan mesin las tersebut, bisa berfungsi setelah mendapat suplai listrik dari alat yang dibuat Joko.
Tamu undangan yang hadir, seperti Dandim 0810 Nganjuk Letkol Chrisetyono dan Staf Pengajar Sekolah Tinggi Angkatan Darat Kapten Budi Santoso, tampak puas. Mereka yakin, temuan Joko bukan sebuah kebohongan.
"Ini nyata, bukan suatu pembohongan. Setelah saya melihat langsung, ya nyata. Dari segi teori memang bisa dibenarkan suatu alat dapat melipatgandakan listrik," ujar Budi.( djo / asy )
http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/
2008/bulan/06/tgl/18/time/123021/idnews/958375/idkanal/10
Misteri Blue Energy - Joko Suprapto Sudah Buktikan Blue Energy Selasa Malam
Nganjuk - Meski belum diumumkan resmi, Joko Suprapto dikabarkan telah melakukan uji coba blue energy. Hasilnya, bahan bakar berbasis air itu terbukti bisa digunakan.
Hal itu diungkapkan seorang pria berbadan tegap dan bersafari hitam yang berjaga-jaga di sekitar kediaman Joko Suprapto di Dusun Turi, Desa Ngadiboyo, Rejoso, Nganjuk, Jawa Timur, Rabu (18/6/2008).
"Tadi malam sudah diuji coba oleh Pak Joko dan timnya. Dan sekarang rencananya mau dibuktikan dengan beberapa tamu yang diundangnya," kata pria tersebut.
Hal senada disampaikan Dandim 0810 Nganjuk Letkol Chrisetyono. Menurut Chrisetyono, anak buahnya telah menyaksikan uji coba blue energy pada Selasa 17 Juni malam. Uji coba tersebut berjalan lancar.
"Saya sendiri tidak berada di sana (rumah Joko)," ujar Chrisetyono saat dihubungi detikcom, Rabu (18/6/2008).
Menurut rencana, Joko secara resmi akan membuktikan blue energy temuannya pada hari ini. Terkait hal itu, berbagai persiapan sudah dilakukan di kediaman Joko, seperti pemasangan tenda dan sebagainya.
( djo / nrl )
http://www.detiknews.com/indexfr.php?url=http://www.detiknews.com/index.php/
detik.read/tahun/2008/bulan/06/tgl/18/time/105159/idnews/958301/idkanal/10
Hal itu diungkapkan seorang pria berbadan tegap dan bersafari hitam yang berjaga-jaga di sekitar kediaman Joko Suprapto di Dusun Turi, Desa Ngadiboyo, Rejoso, Nganjuk, Jawa Timur, Rabu (18/6/2008).
"Tadi malam sudah diuji coba oleh Pak Joko dan timnya. Dan sekarang rencananya mau dibuktikan dengan beberapa tamu yang diundangnya," kata pria tersebut.
Hal senada disampaikan Dandim 0810 Nganjuk Letkol Chrisetyono. Menurut Chrisetyono, anak buahnya telah menyaksikan uji coba blue energy pada Selasa 17 Juni malam. Uji coba tersebut berjalan lancar.
"Saya sendiri tidak berada di sana (rumah Joko)," ujar Chrisetyono saat dihubungi detikcom, Rabu (18/6/2008).
Menurut rencana, Joko secara resmi akan membuktikan blue energy temuannya pada hari ini. Terkait hal itu, berbagai persiapan sudah dilakukan di kediaman Joko, seperti pemasangan tenda dan sebagainya.
( djo / nrl )
http://www.detiknews.com/indexfr.php?url=http://www.detiknews.com/index.php/
detik.read/tahun/2008/bulan/06/tgl/18/time/105159/idnews/958301/idkanal/10
Senin, 26 Mei 2008
Heroes of Indonesia - Joko Suprapto, Alternative Fuel Inventor

Joko Suprapto is from Nganjuk, East Java – Indonesia. He’s well known as a generous man but also a reclusive person. He invented a new machine with sea water as an alternative energy which then developed with together with Blue Energy team. The main energy, water is separated into 2 flammable gas, Hydrogen and Oxygen. This hydrogen will replace oils as a main fuel.
Joko made this fuel with his friend, Heru Lelono, joined as a team called Blue Energy. They met in 2007 when Joko invents an alternative electric generator. The name Blue Energy refers to an eco friendly, low emition fuels, officially stated by President of Indonesia SBY.
In May 20, 2008, Joko is invited by President SBY for a National Rising Day event. But a couple days before, he is missing. This news responded quickly. Some intel and police is mobilized. But they found nothing. Suddenly, Joko come home at Friday, May 23.
In his living room, he held a press conference, telling the reporter that he didn’t kidnapped. He said that he want to seclude, to think the right strategy for project fund raising. In the middle of interview, suddenly he passed out unconciously. No farther information about this.
Anyway, this invention is not the first time. There’s also a team that invent the same thing. But this news give Indonesia a hope. A hope for brighter future in the middle of the hard time. Thanks to Joko Suprapto, one of Indonesian Heroes.
http://futureindonesia.blogspot.com/2008/
05/heroes-of-indonesia-joko-suprapto.html
LIPI: Unsur Hidrogen Jadi Kunci Energi Bahan Bakar Air
Jakarta - Blue energy atau bahan bakar dari air yang dipopulerkan Joko Suprapto yang kini raib, bukanlah hal yang mustahil. Kunci bahan bakar itu ada pada unsur hidrogen yang berpotensi menghasilkan energi.
Penjelasan bahan bakar air yang bisa menjadi energi tersebut dijelaskan Deputi Jasa Ilmiah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Prof Dr Jan Sopaheluwakan ketika dihubungi detikcom, Jumat (23/5/2008).
"Bisa saja dari air. Saya yakin diurai dulu menjadi hidrogen," ujar Jan.
Jan menambahkan, proses air yang diubah menjadi energi ini sudah dilihatnya dikembangkan beberapa pakar di Jepang dan India. Prosesnya, air ditambahkan ke suatu proses pembakaran. Air dimasukkan ke dalam tangki, melalui proses tekanan dipisahkan menjadi oksigen dan hidrogen. Hidrogen akan menghasilkan pembakaran internal yang bisa menggerakkan piston.
"Pembakaran internal dalam mesin yang tadinya menggunakan BBM dan kemudian BBM memicu busi membakar dan membuat piston bergerak. Proses (BBM) itu diganti dengan hidrogen," kata dia.
Tak hanya air tawar, Jan pun menjelaskan air laut bisa dijadikan bahan bakar melalui proses desalinasi (menghilangkan unsur garam). "Air laut bertahap. Desalinasi reverse osmosis menjadi air tawar. Air tawar kita uraikan menjadi hidrogen dan oksigen," kata Jan.
Jan pun mencontohkan bagaimana hebatnya tenaga hidrogen, bila bertemu dengan oksigen, bisa menghasilkan energi seperti bom atom. "Terjadi pertemuan H2 dan 02. Kenapa bom hidrogen terjadi, karena hidrogen bertemu oksigen dari udara," kata dia.
BBM yang selama ini digunakan, imbuhnya, mempunyai unsur hidrokarbon (CH). Jadi kalau hidrogen yang dipisahkan itu diberi unsur karbon, bukan mustahil bisa menjadi seperti bensin yang punya oktan tinggi.
"Karbon bisa dari CO2 yang dikeluarkan dari gas knalpot atau pabrik. Nanti bereaksi dengan hidrogen menjadi rantai hidrokarbon. Sesuai hukum kekekalan energi, energi itu bisa diubah bukan diciptakan," ujar dia.
Yang menjadi masalah, lanjut dia, adalah memisahkan unsur hidrogen itu dari unsur lain untuk diubah menjadi energi. Kendati, hidrogen merupakan unsur yang paling banyak terdapat
di atmosfer.
"Tapi nggak bisa didapatkan dalam unsur bebas di udara. Memisahkan hidrogen itu butuh tenaga besar," imbuh Jan.
Memisahkan hidrogen itu, bisa menggunakan tenaga Matahari atau dengan memanfaatkan perbedaan temperatur air laut yang menghasilkan perbedaan panas yang bisa diubah menjadi energi listrik.
"Tapi memang kita perlu mendorong secara besar-besaran hidrogen sebagai bahan bakar untuk menghasilkan listrik maupun untuk internal combustion," kata dia. ( nwk / nrl )
http://www.kendaraanhibrida.com/2008/05/
lipi-unsur-hidrogen-jadi-kunci-energi.html
Penjelasan bahan bakar air yang bisa menjadi energi tersebut dijelaskan Deputi Jasa Ilmiah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Prof Dr Jan Sopaheluwakan ketika dihubungi detikcom, Jumat (23/5/2008).
"Bisa saja dari air. Saya yakin diurai dulu menjadi hidrogen," ujar Jan.
Jan menambahkan, proses air yang diubah menjadi energi ini sudah dilihatnya dikembangkan beberapa pakar di Jepang dan India. Prosesnya, air ditambahkan ke suatu proses pembakaran. Air dimasukkan ke dalam tangki, melalui proses tekanan dipisahkan menjadi oksigen dan hidrogen. Hidrogen akan menghasilkan pembakaran internal yang bisa menggerakkan piston.
"Pembakaran internal dalam mesin yang tadinya menggunakan BBM dan kemudian BBM memicu busi membakar dan membuat piston bergerak. Proses (BBM) itu diganti dengan hidrogen," kata dia.
Tak hanya air tawar, Jan pun menjelaskan air laut bisa dijadikan bahan bakar melalui proses desalinasi (menghilangkan unsur garam). "Air laut bertahap. Desalinasi reverse osmosis menjadi air tawar. Air tawar kita uraikan menjadi hidrogen dan oksigen," kata Jan.
Jan pun mencontohkan bagaimana hebatnya tenaga hidrogen, bila bertemu dengan oksigen, bisa menghasilkan energi seperti bom atom. "Terjadi pertemuan H2 dan 02. Kenapa bom hidrogen terjadi, karena hidrogen bertemu oksigen dari udara," kata dia.
BBM yang selama ini digunakan, imbuhnya, mempunyai unsur hidrokarbon (CH). Jadi kalau hidrogen yang dipisahkan itu diberi unsur karbon, bukan mustahil bisa menjadi seperti bensin yang punya oktan tinggi.
"Karbon bisa dari CO2 yang dikeluarkan dari gas knalpot atau pabrik. Nanti bereaksi dengan hidrogen menjadi rantai hidrokarbon. Sesuai hukum kekekalan energi, energi itu bisa diubah bukan diciptakan," ujar dia.
Yang menjadi masalah, lanjut dia, adalah memisahkan unsur hidrogen itu dari unsur lain untuk diubah menjadi energi. Kendati, hidrogen merupakan unsur yang paling banyak terdapat
di atmosfer.
"Tapi nggak bisa didapatkan dalam unsur bebas di udara. Memisahkan hidrogen itu butuh tenaga besar," imbuh Jan.
Memisahkan hidrogen itu, bisa menggunakan tenaga Matahari atau dengan memanfaatkan perbedaan temperatur air laut yang menghasilkan perbedaan panas yang bisa diubah menjadi energi listrik.
"Tapi memang kita perlu mendorong secara besar-besaran hidrogen sebagai bahan bakar untuk menghasilkan listrik maupun untuk internal combustion," kata dia. ( nwk / nrl )
http://www.kendaraanhibrida.com/2008/05/
lipi-unsur-hidrogen-jadi-kunci-energi.html
‘Blue Energy’ dan Teori Konspirasi
Hari ini blog saya sempat beberapa kali kewalahan melayani pengunjung. Setelah saya selidiki hal ini disebabkan karena luar biasa banyaknya pengunjung yang mencari dengan kata kunci “blue energy”, mungkin akibat efek pemberitaan di media massa. Pencarian Google Indonesia untuk kata kunci “blue energy” menghasilkan tulisan saya di peringkat pertama. Efek ini ternyata jauh lebih dahsyat daripada Detik Effect yang saya alami tiga tahun yang lalu. Akibatnya, saya sempat menutup akses ke blog ini untuk sementara. Masalah beban berlebih ini baru bisa diatasi setelah saya memasang plugin WP Super Cache.
Akhir tahun yang lalu, Joko Suprapto –warga Nganjuk, Jawa Timur– mengklaim menemukan bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan, yang sumbernya adalah air laut, dan bisa dijual seharga Rp 3000/liternya. Hasil analisis saya terhadap informasi yang tersedia berkesimpulan bahwa klaim tersebut mustahil untuk direalisasikan. Ironisnya, ‘prestasi’ ini terlanjur dibangga-banggakan di ajang konferensi Internasional tentang perubahan iklim di Bali.
Awal bulan ini, Joko Suprapto tiba-tiba menghilang tak berjejak dan keluarganya pun tidak mengetahui dimana keberadaannya. Rencananya tim ‘Blue Energy’ akan membangun pilot project berupa kilang dengan kapasitas produksi 10 liter/detik. Kilang ini tadinya direncanakan akan diresmikan pada tanggal 1 April yang lalu, dan proyek ‘Blue Energy’ itu sendiri akan diresmikan pada acara peringatan 100 tahun Kebangitan Nasional. Tapi karena penemunya sendiri tidak dapat ditemukan tentu saja acara tersebut menjadi batal.
Saya sudah dapat menduga kalau ada kejadian seperti ini, maka akan beredar teori konspirasi yang aneh-aneh. Dan sebenarnya teori-teori konspirasi ini sudah beredar bahkan jauh sebelum kejadian ini. Bunyi teori konspirasi tersebut kurang lebih adalah: sang penemu dibungkam oleh pihak-pihak yang tidak menyukai ‘teknologi’ tersebut, pihak-pihak tersebut di antaranya adalah perusahaan minyak multinasional dan intelijen Amerika Serikat.
***
Teori konspirasi semacam itu bukannya yang pertama kali. Sebagai contoh, pada tahun 1995 Stanley Meyer mengklaim telah menemukan mesin yang menggunakan bahan bakar air. Dalam klaimnya, kendaraan bermesin Meyer mampu menempuh perjalanan dari Los Angeles ke New York hanya dengan ‘bahan bakar’ sejumlah 83 liter air. Hal ini tentunya bertentangan dengan hukum alam dan mustahil untuk diimplementasikan.
Pada tahun 1996, Meyer dituntut oleh para investornya. Pengadilan memutuskan Meyer bersalah atas tindakan penipuan dan mengharuskan yang bersangkutan membayar $25000 sebagai ganti rugi kepada investor-investornya.
Dua tahun kemudian, Meyer meninggal dunia akibat tekanan darah tinggi setelah makan di sebuah rumah makan. Walaupun demikian, teori konspirasi tidak ada matinya, Meyer dianggap meninggal akibat diracuni oleh perusahaan minyak dan pemerintah Amerika Serikat. Meyer dianggap ‘membahayakan’ kepentingan ‘pihak-pihak tertentu’ sehingga perlu ‘dibungkam’. Menurut teori konspirasi ini, alasan mengapa tidak ada energi yang murah adalah karena teknologi tersebut ‘dibungkam’ selama bertahun-tahun. Alasan sebenarnya tentu tidaklah sejauh itu: sebenarnya penemu energi ajaib ini tidak mampu mendemonstrasikan penemuannya sesuai dengan yang diklaim.
***
Kalau mereka bisa membuat teori konspirasi, sayapun memiliki teori konspirasi versi saya: Ada orang dekat Presiden yang melaporkan ‘penemuan’ bahan bakar air kepada Presiden SBY. Presiden kemudian tertarik dan terkesima atas ‘demonstrasi’ yang diberikan. Presiden kemudian membiayai proyek ini dengan menggunakan dana pribadi dan bahkan mensponsori mereka ke ajang konferensi UNFCCC. Di saat yang sama, pemerintah terdesak harga minyak dunia yang sudah melewati titik psikologis $100/barrel. Tapi Presiden merasa memiliki secercah harapan pada ‘teknologi’ ini. Pemerintah menolak untuk memperkecil subsidi BBM dengan berbagai macam alasan. Tanggal 1 April terlewati begitu saja tanpa ada hasil yang nyata. Presiden memutuskan untuk menunggu satu bulan. Tapi satu bulan pun terlewati begitu saja, dan bahkan penemunya pun semakin sulit untuk ditemui. Akhirnya, dengan bersungut-sungut, Presiden terpaksa menaikkan harga BBM untuk mengurangi beban subsidi.
Semoga saja teori konspirasi saya tersebut salah, namanya juga teori konspirasi :).
Tambahan:
Hanya satu bulan sebelum ‘Blue Energy’ ramai dibicarakan, Presiden SBY membuat janji untuk tidak menaikkan harga BBM pada tahun 2008:
Jakarta: Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan, pemerintah tidak akan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) pada tahun 2008.
Penegasan tersebut disampaikan Presiden usai melantik Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) baru, di Istana Negara, Rabu (7/11) siang. “Tidak ada opsi itu, karena kita cari solusi yang lain, yang cespleng. Paling tidak mengurangi dampak tanpa harus menimbulkan permasalahan pada masyarakat luas. Insya Allah kita carikan jalan terbaik,” kata Presiden kepada wartawan.
Pemerintah, lanjut Presiden SBY, akan terus melakukan langkah-langkah untuk mengatasi harga minyak yang kian melambung. “Kita lakukan langkah-langkah domestik, kebijakan yang lain, supaya kita bisa mengatasi. Ada solusi, tidak mengguncangkan perekonomian kita, tidak mengubah anggaran pembelanjaan kita. Itu yang sedang kita lakukan, yang pada saatnya kalau memang begini terus dan lebih tinggi lagi, tentu akan ada yang kita lakukan secara signifikan,” kata Presiden SBY.
Solusi lain yang cespleng? Mengurangi dampak tanpa harus menimbulkan permasalahan pada masyarakat luas? Langkah-langkah domestik? Solusi yang tidak mengguncangkan perekonomian kita dan tidak mengubah anggaran pembelanjaan kita?
Apakah Presiden SBY tertipu? Apakah langkah menunda kenaikan harga BBM dipengaruhi kepercayaan beliau pada ‘cespleng’-nya ‘Blue Energy’? Anda pikirkan sendiri :).
http://priyadi.net/archives/2008/05/23/
blue-energy-dan-teori-konspirasi/
Akhir tahun yang lalu, Joko Suprapto –warga Nganjuk, Jawa Timur– mengklaim menemukan bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan, yang sumbernya adalah air laut, dan bisa dijual seharga Rp 3000/liternya. Hasil analisis saya terhadap informasi yang tersedia berkesimpulan bahwa klaim tersebut mustahil untuk direalisasikan. Ironisnya, ‘prestasi’ ini terlanjur dibangga-banggakan di ajang konferensi Internasional tentang perubahan iklim di Bali.
Awal bulan ini, Joko Suprapto tiba-tiba menghilang tak berjejak dan keluarganya pun tidak mengetahui dimana keberadaannya. Rencananya tim ‘Blue Energy’ akan membangun pilot project berupa kilang dengan kapasitas produksi 10 liter/detik. Kilang ini tadinya direncanakan akan diresmikan pada tanggal 1 April yang lalu, dan proyek ‘Blue Energy’ itu sendiri akan diresmikan pada acara peringatan 100 tahun Kebangitan Nasional. Tapi karena penemunya sendiri tidak dapat ditemukan tentu saja acara tersebut menjadi batal.
Saya sudah dapat menduga kalau ada kejadian seperti ini, maka akan beredar teori konspirasi yang aneh-aneh. Dan sebenarnya teori-teori konspirasi ini sudah beredar bahkan jauh sebelum kejadian ini. Bunyi teori konspirasi tersebut kurang lebih adalah: sang penemu dibungkam oleh pihak-pihak yang tidak menyukai ‘teknologi’ tersebut, pihak-pihak tersebut di antaranya adalah perusahaan minyak multinasional dan intelijen Amerika Serikat.
***
Teori konspirasi semacam itu bukannya yang pertama kali. Sebagai contoh, pada tahun 1995 Stanley Meyer mengklaim telah menemukan mesin yang menggunakan bahan bakar air. Dalam klaimnya, kendaraan bermesin Meyer mampu menempuh perjalanan dari Los Angeles ke New York hanya dengan ‘bahan bakar’ sejumlah 83 liter air. Hal ini tentunya bertentangan dengan hukum alam dan mustahil untuk diimplementasikan.
Pada tahun 1996, Meyer dituntut oleh para investornya. Pengadilan memutuskan Meyer bersalah atas tindakan penipuan dan mengharuskan yang bersangkutan membayar $25000 sebagai ganti rugi kepada investor-investornya.
Dua tahun kemudian, Meyer meninggal dunia akibat tekanan darah tinggi setelah makan di sebuah rumah makan. Walaupun demikian, teori konspirasi tidak ada matinya, Meyer dianggap meninggal akibat diracuni oleh perusahaan minyak dan pemerintah Amerika Serikat. Meyer dianggap ‘membahayakan’ kepentingan ‘pihak-pihak tertentu’ sehingga perlu ‘dibungkam’. Menurut teori konspirasi ini, alasan mengapa tidak ada energi yang murah adalah karena teknologi tersebut ‘dibungkam’ selama bertahun-tahun. Alasan sebenarnya tentu tidaklah sejauh itu: sebenarnya penemu energi ajaib ini tidak mampu mendemonstrasikan penemuannya sesuai dengan yang diklaim.
***
Kalau mereka bisa membuat teori konspirasi, sayapun memiliki teori konspirasi versi saya: Ada orang dekat Presiden yang melaporkan ‘penemuan’ bahan bakar air kepada Presiden SBY. Presiden kemudian tertarik dan terkesima atas ‘demonstrasi’ yang diberikan. Presiden kemudian membiayai proyek ini dengan menggunakan dana pribadi dan bahkan mensponsori mereka ke ajang konferensi UNFCCC. Di saat yang sama, pemerintah terdesak harga minyak dunia yang sudah melewati titik psikologis $100/barrel. Tapi Presiden merasa memiliki secercah harapan pada ‘teknologi’ ini. Pemerintah menolak untuk memperkecil subsidi BBM dengan berbagai macam alasan. Tanggal 1 April terlewati begitu saja tanpa ada hasil yang nyata. Presiden memutuskan untuk menunggu satu bulan. Tapi satu bulan pun terlewati begitu saja, dan bahkan penemunya pun semakin sulit untuk ditemui. Akhirnya, dengan bersungut-sungut, Presiden terpaksa menaikkan harga BBM untuk mengurangi beban subsidi.
Semoga saja teori konspirasi saya tersebut salah, namanya juga teori konspirasi :).
Tambahan:
Hanya satu bulan sebelum ‘Blue Energy’ ramai dibicarakan, Presiden SBY membuat janji untuk tidak menaikkan harga BBM pada tahun 2008:
Jakarta: Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan, pemerintah tidak akan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) pada tahun 2008.
Penegasan tersebut disampaikan Presiden usai melantik Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) baru, di Istana Negara, Rabu (7/11) siang. “Tidak ada opsi itu, karena kita cari solusi yang lain, yang cespleng. Paling tidak mengurangi dampak tanpa harus menimbulkan permasalahan pada masyarakat luas. Insya Allah kita carikan jalan terbaik,” kata Presiden kepada wartawan.
Pemerintah, lanjut Presiden SBY, akan terus melakukan langkah-langkah untuk mengatasi harga minyak yang kian melambung. “Kita lakukan langkah-langkah domestik, kebijakan yang lain, supaya kita bisa mengatasi. Ada solusi, tidak mengguncangkan perekonomian kita, tidak mengubah anggaran pembelanjaan kita. Itu yang sedang kita lakukan, yang pada saatnya kalau memang begini terus dan lebih tinggi lagi, tentu akan ada yang kita lakukan secara signifikan,” kata Presiden SBY.
Solusi lain yang cespleng? Mengurangi dampak tanpa harus menimbulkan permasalahan pada masyarakat luas? Langkah-langkah domestik? Solusi yang tidak mengguncangkan perekonomian kita dan tidak mengubah anggaran pembelanjaan kita?
Apakah Presiden SBY tertipu? Apakah langkah menunda kenaikan harga BBM dipengaruhi kepercayaan beliau pada ‘cespleng’-nya ‘Blue Energy’? Anda pikirkan sendiri :).
http://priyadi.net/archives/2008/05/23/
blue-energy-dan-teori-konspirasi/
Penemu Blue Energy, Dikabarkan Diculik
NGANJUK- Joko Suprapto, warga asal Desa Ngadiboyo, Kecamatan Rejoso yang disebut-sebut sebagai penemu blue energy, bahan bakar dari air, menghilang. Dalam dua minggu terakhir, lelaki yang akrab disapa Joko Jodhipati (nama stasiun radionya, Red) itu tidak berada di rumahnya. Berbagai spekulasi pun berkembang.
Salah satunya menyebut, dia diculik oleh kelompok tertentu. Hingga kemarin, keberadannya tak jelas. Ponselnya juga tidak bisa dihubungi. "Dia sekarang sedang dicari-cari," ungkap salah satu teman dekat Joko kepada Radar Kediri.
Diungkapkan sumber tersebut, sepekan lalu, para pejabat kepolisian dan TNI sempat berkumpul di Nganjuk untuk mencari keberadaan Joko. Orang-orang dekatnya dimintai keterangan. Termasuk dirinya.
Mereka menanyakan keberadaan alumnus teknik elektro Universitas Gajah Mada (UGM) Jogja tersebut. "Dia memang sedang dicari SBY (Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Red)," katanya.
Ini terkait dengan penelitian yang dilakukan ayah tiga putra tersebut. Khususnya tentang blue energy yang bisa menjadi bahan bakar alternatif murah. Sebab, rencananya, hari ini, bahan bakar tersebut akan diluncurkan ke masyarakat sehingga bisa segera dimanfaatkan. "Tetapi, ternyata sejak dua minggu lalu tidak ada kabar lagi," tutur sumber yang mewanti-wanti agar namanya tidak dikorankan tersebut.
Seperti diberitakan, teknologi temuan Joko sudah dipamerkan dalam ajang United Nation Framework Conference on Climate Change (UNFCCC) Desember 2007 di Bali. Teknologi ini sebenarnya berpusat pada penyediaan listrik yang murah untuk memproses air sebagai bahan bakar. Yakni, untuk memecah molekul air menjadi H (+) dan O2 (-). Sehingga, bisa dijadikan bahan bakar alternatif pengganti solar, bensin, avtur, maupun minyak tanah.
Bahan bakar yang sudah diberi nama blue energy itu diproduksi di Cikeas, Bogor. Keunggulannya, rendah emisi dan irit. Juga murah karena hanya berharga Rp 3 ribu per liter. Presiden SBY sendiri yang memperkenalkannya. Dalam perjalanan ke Bali, rombongan yang berangkat dari Cikeas juga sempat mampir di Nganjuk untuk menemui Joko.
Informasi yang diperoleh Radar Kediri, sejak Joko menghilang, aparat intelijen juga dikerahkan untuk mencarinya. Termasuk ke rumahnya di Desa Ngadiboyo. "Tiap hari ditanyai intel-intel polisi berpakaian preman," ungkap penjaga rumah Joko yang tak mau disebutkan namanya. Namun, dia tak mengetahui. Sebab, tidak biasanya sang majikan meninggalkan rumah dalam waktu lama.
Wartawan koran ini juga melihat empat petugas kepolisian berpakaian preman yang berjaga-jaga di rumah Joko yang menjadi satu dengan stasiun radio miliknya. Mereka berasal dari polsek. Winda Mirah, istri Joko, bahkan mengaku sempat didatangi kapolres dan kapolwil yang menanyakan keberadaan sang suami. "Semua tanya-tanya tentang bapak," katanya kepada Radar Kediri.
Meski demikian, dia tetap berusaha tenang. Bahkan, saat ditemui di rumahnya, Winda tampak sibuk mempersiapkan pertunjukan wayang kulit dua anaknya. Mohamad Trimulyo dan Oky Irfan Cara. "Bapak memang tidak pamitan sama saya, tetapi sudah (pamit) anak-anaknya," tuturnya.
Wanita berambut lurus ini menjelaskan, sikap Joko yang tidak pamit kepadanya terkait dengan penyakit jantung yang dideritanya. "Bapak tidak ingin saya sakit," terangnya.
Winda sendiri baru mengetahui dari penuturan anaknya. Kepada sang anak, Joko pamit pergi dua minggu sejak 3 Mei lalu. Joko juga berpesan kalau keluarga tidak akan bisa menghubungi karena ponselnya dimatikan. Inilah yang membuatnya stres. Sebab, dia sendiri yang mengantarkan suaminya hingga Bandara Juanda Surabaya tidak dipesani apa-apa.
Joko hanya mengatakan pergi ke Jakarta. Dan, bagi Winda, hal itu sudah biasa. Sebab, Joko tak pernah berhari-hari pergi. "Kalau pergi pagi, malam sudah pulang, tidak pernah lebih sehari meninggalkan saya," tutur Winda.
Winda sendiri mengaku berusaha tenang. Dia masih menunggu sampai batas waktu yang diberikan suaminya, 20 Mei, hari ini. "Kalau ternyata sampai tanggal 20 tidak pulang, saya baru ambil tindakan," tandasnya tanpa menyebut tindakan yang dimaksud. "Kadang kalau mikir, saya stres Mbak," lanjutnya.
Dia hanya berkeyakinan, sikap suaminya yang menyimpan rahasia justru dimaksudkan untuk menjaga keselamatan keluarga. Sebab, saat ini, harga BBM terus melonjak tinggi dan mulai langka.
Lalu, bagaimana dengan isu yang menyebut bahwa suaminya melakukan tindak pidana? Winda tak yakin atas hal tersebut. Dia menganggapnya sebagai isu yang diembuskan dari pesaing bisnis suaminya.
Sementara itu, Joko hingga kemarin belum bisa dihubungi. Berkali-kali wartawan koran ini mengontak, nomor ponselnya tetap tidak aktif. Kapolwil Kediri Kombes Pol Sukamto Hadi yang dikonfirmasi tentang hal ini juga membantah pernah ke rumah Joko untuk menelisik keberadaannya. "Saya tidak tahu," ujarnya melalui ponsel, kemarin.
Dia juga mengaku tidak tahu menahu terhadap kasus menghilangnya Joko. Termasuk soal isu yang menyebut bahwa yang bersangkutan diculik oleh kelompok tertentu. (dea/ut/hid)
http://www.kendaraanhibrida.com/2008/05/
penemu-blue-energy-dikabarkan-diculik.html
Salah satunya menyebut, dia diculik oleh kelompok tertentu. Hingga kemarin, keberadannya tak jelas. Ponselnya juga tidak bisa dihubungi. "Dia sekarang sedang dicari-cari," ungkap salah satu teman dekat Joko kepada Radar Kediri.
Diungkapkan sumber tersebut, sepekan lalu, para pejabat kepolisian dan TNI sempat berkumpul di Nganjuk untuk mencari keberadaan Joko. Orang-orang dekatnya dimintai keterangan. Termasuk dirinya.
Mereka menanyakan keberadaan alumnus teknik elektro Universitas Gajah Mada (UGM) Jogja tersebut. "Dia memang sedang dicari SBY (Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Red)," katanya.
Ini terkait dengan penelitian yang dilakukan ayah tiga putra tersebut. Khususnya tentang blue energy yang bisa menjadi bahan bakar alternatif murah. Sebab, rencananya, hari ini, bahan bakar tersebut akan diluncurkan ke masyarakat sehingga bisa segera dimanfaatkan. "Tetapi, ternyata sejak dua minggu lalu tidak ada kabar lagi," tutur sumber yang mewanti-wanti agar namanya tidak dikorankan tersebut.
Seperti diberitakan, teknologi temuan Joko sudah dipamerkan dalam ajang United Nation Framework Conference on Climate Change (UNFCCC) Desember 2007 di Bali. Teknologi ini sebenarnya berpusat pada penyediaan listrik yang murah untuk memproses air sebagai bahan bakar. Yakni, untuk memecah molekul air menjadi H (+) dan O2 (-). Sehingga, bisa dijadikan bahan bakar alternatif pengganti solar, bensin, avtur, maupun minyak tanah.
Bahan bakar yang sudah diberi nama blue energy itu diproduksi di Cikeas, Bogor. Keunggulannya, rendah emisi dan irit. Juga murah karena hanya berharga Rp 3 ribu per liter. Presiden SBY sendiri yang memperkenalkannya. Dalam perjalanan ke Bali, rombongan yang berangkat dari Cikeas juga sempat mampir di Nganjuk untuk menemui Joko.
Informasi yang diperoleh Radar Kediri, sejak Joko menghilang, aparat intelijen juga dikerahkan untuk mencarinya. Termasuk ke rumahnya di Desa Ngadiboyo. "Tiap hari ditanyai intel-intel polisi berpakaian preman," ungkap penjaga rumah Joko yang tak mau disebutkan namanya. Namun, dia tak mengetahui. Sebab, tidak biasanya sang majikan meninggalkan rumah dalam waktu lama.
Wartawan koran ini juga melihat empat petugas kepolisian berpakaian preman yang berjaga-jaga di rumah Joko yang menjadi satu dengan stasiun radio miliknya. Mereka berasal dari polsek. Winda Mirah, istri Joko, bahkan mengaku sempat didatangi kapolres dan kapolwil yang menanyakan keberadaan sang suami. "Semua tanya-tanya tentang bapak," katanya kepada Radar Kediri.
Meski demikian, dia tetap berusaha tenang. Bahkan, saat ditemui di rumahnya, Winda tampak sibuk mempersiapkan pertunjukan wayang kulit dua anaknya. Mohamad Trimulyo dan Oky Irfan Cara. "Bapak memang tidak pamitan sama saya, tetapi sudah (pamit) anak-anaknya," tuturnya.
Wanita berambut lurus ini menjelaskan, sikap Joko yang tidak pamit kepadanya terkait dengan penyakit jantung yang dideritanya. "Bapak tidak ingin saya sakit," terangnya.
Winda sendiri baru mengetahui dari penuturan anaknya. Kepada sang anak, Joko pamit pergi dua minggu sejak 3 Mei lalu. Joko juga berpesan kalau keluarga tidak akan bisa menghubungi karena ponselnya dimatikan. Inilah yang membuatnya stres. Sebab, dia sendiri yang mengantarkan suaminya hingga Bandara Juanda Surabaya tidak dipesani apa-apa.
Joko hanya mengatakan pergi ke Jakarta. Dan, bagi Winda, hal itu sudah biasa. Sebab, Joko tak pernah berhari-hari pergi. "Kalau pergi pagi, malam sudah pulang, tidak pernah lebih sehari meninggalkan saya," tutur Winda.
Winda sendiri mengaku berusaha tenang. Dia masih menunggu sampai batas waktu yang diberikan suaminya, 20 Mei, hari ini. "Kalau ternyata sampai tanggal 20 tidak pulang, saya baru ambil tindakan," tandasnya tanpa menyebut tindakan yang dimaksud. "Kadang kalau mikir, saya stres Mbak," lanjutnya.
Dia hanya berkeyakinan, sikap suaminya yang menyimpan rahasia justru dimaksudkan untuk menjaga keselamatan keluarga. Sebab, saat ini, harga BBM terus melonjak tinggi dan mulai langka.
Lalu, bagaimana dengan isu yang menyebut bahwa suaminya melakukan tindak pidana? Winda tak yakin atas hal tersebut. Dia menganggapnya sebagai isu yang diembuskan dari pesaing bisnis suaminya.
Sementara itu, Joko hingga kemarin belum bisa dihubungi. Berkali-kali wartawan koran ini mengontak, nomor ponselnya tetap tidak aktif. Kapolwil Kediri Kombes Pol Sukamto Hadi yang dikonfirmasi tentang hal ini juga membantah pernah ke rumah Joko untuk menelisik keberadaannya. "Saya tidak tahu," ujarnya melalui ponsel, kemarin.
Dia juga mengaku tidak tahu menahu terhadap kasus menghilangnya Joko. Termasuk soal isu yang menyebut bahwa yang bersangkutan diculik oleh kelompok tertentu. (dea/ut/hid)
http://www.kendaraanhibrida.com/2008/05/
penemu-blue-energy-dikabarkan-diculik.html
April Kilang Minyak Sintetik Dioperasikan
Rencananya pada April mendatang akan dioperasikan kilang minyak sintetik dengan kapasitas 5.400 barrel per hari atau setara dengan 10 liter per detik. Kilang tersebut akan difokuskan pada produksi minyak tanah.
Heru Lelono, salah satu peneliti yang berhasil mengembangkan bahan bakar sintetik ini mengatakan, seperti dikutip dari Tempo Interactive, 25/11, tujuan produksi minyak sintetik itu adalah untuk mengurangi ketergantungan terhadap minyak fosil.
Bahan bakar sintetik yang disebut blue energy ini dibuat dari substitusi molekul hidrogen dan karbon tak jenuh. Proses pembuatannya sama dengan minyak fosil namun dengan kadar emisi yang jauh lebih rendah. Untuk jenis bahan bakar diesel misalnya, kadar emisinya hanya 2,8 persen, lebih rendah dari minyak fosil yang sebesar 50-60 persen.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengatakan, bila produksi sebesar 5.400 barrel per hari tersebut bisa tercapai, maka produksinya akan dikembangkan lagi. "Pada tahap itu bisa dikembangkan lebih luas lagi menjadi industri berskala tertentu yang bisa memproduksi bahan bakar minyak ini," katanya.
Presiden SBY menceritakan bahwa tim ini pertamakali datang menghadap kurang lebih setahun lalu dan sejak itu SBY bersama para menteri terus memberikan dukungan. "Saya bahkan mengikuti terus perkembangan penelitian ini," ujar SBY. "Bermula dari seorang peneliti yang lebih mengutamakan proses penelitian di lapangan dan bukan teori, Joko Suprapto, yang melaksanakan penelitian itu belasan tahun yang lalu," Presiden menambahkan.
"Saya memberikan semangat, motivasi, dan dorongan agar penelitian, pengembangan, dan penemuan ini betul-betul menghasilkan sesuatu yang akan memberikan kontribusi luar biasa bagi bangsa Indonesia bahkan dunia. Lakukan terus dan tuntaskan penelitian ini. Saya akan menunggu hasil konkretnya setelah semua penelitian ini selesai," kata SBY. ** (Ardan)
http://www.technologyindonesia.com/
organization.php?page_mode=detail&id=15
Heru Lelono, salah satu peneliti yang berhasil mengembangkan bahan bakar sintetik ini mengatakan, seperti dikutip dari Tempo Interactive, 25/11, tujuan produksi minyak sintetik itu adalah untuk mengurangi ketergantungan terhadap minyak fosil.
Bahan bakar sintetik yang disebut blue energy ini dibuat dari substitusi molekul hidrogen dan karbon tak jenuh. Proses pembuatannya sama dengan minyak fosil namun dengan kadar emisi yang jauh lebih rendah. Untuk jenis bahan bakar diesel misalnya, kadar emisinya hanya 2,8 persen, lebih rendah dari minyak fosil yang sebesar 50-60 persen.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengatakan, bila produksi sebesar 5.400 barrel per hari tersebut bisa tercapai, maka produksinya akan dikembangkan lagi. "Pada tahap itu bisa dikembangkan lebih luas lagi menjadi industri berskala tertentu yang bisa memproduksi bahan bakar minyak ini," katanya.
Presiden SBY menceritakan bahwa tim ini pertamakali datang menghadap kurang lebih setahun lalu dan sejak itu SBY bersama para menteri terus memberikan dukungan. "Saya bahkan mengikuti terus perkembangan penelitian ini," ujar SBY. "Bermula dari seorang peneliti yang lebih mengutamakan proses penelitian di lapangan dan bukan teori, Joko Suprapto, yang melaksanakan penelitian itu belasan tahun yang lalu," Presiden menambahkan.
"Saya memberikan semangat, motivasi, dan dorongan agar penelitian, pengembangan, dan penemuan ini betul-betul menghasilkan sesuatu yang akan memberikan kontribusi luar biasa bagi bangsa Indonesia bahkan dunia. Lakukan terus dan tuntaskan penelitian ini. Saya akan menunggu hasil konkretnya setelah semua penelitian ini selesai," kata SBY. ** (Ardan)
http://www.technologyindonesia.com/
organization.php?page_mode=detail&id=15
Blue Energy - Mimpi masa depan yang sudah terasa di Indonesia !
Istilah Blue Energy tiba-tiba marak dalam minggu-minggu ini karena berita di koran yang cukup bombastis dengan mengatakan bahwa Blue Energy Versi Indonesia ini berbehan dasar air laut dengan menggunakan mesin diesel tanpa modifikasi lagi. Silahkan baca websitenya Pak Presiden SBY
Blue Energy atau Minyak Indonesia Bersatu adalah bahan bakar sintetik yang dibuat dari substitusi molekul Hidrogen dan Karbon tak jenuh. Proses pembuatannya sama dengan minyak fosil, namun dengan kadar emisi yang jauh lebih rendah.
"Pakdhe, Jangan-jangan Pak SBY kena HOAX ?"
"Hust !"More...
Yang ternyata lebih menghebohkan adalah kutipan dari Jawapos sini
"Berbahan Dasar Air, Dipamerkan dalam Konferensi PBB
NGANJUK- Tak banyak yang tahu, penemu bahan bakar blue energy yang sedang dikampanyekan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) ternyata berasal dari Nganjuk. Dia adalah Joko Suprapto, warga Desa Ngadiboyo, Kecamatan Rejoso."
Wah mentang mentang warna biru itu warna laut terus dibilang bahwa yang dimaksud blue energy itu berbahan dasar air laut ... Blaik !!!
Akhirnya istilah blue energy ini mungkin sudah menjadi sebuah kelirumologi di Indonesia ketika bersamaan dengan konferensi UNCCC di Bali tentang Global Warnming . Yang jelas mesti ada teori yang berbau keilmuan dibelakang semua ini, dan ada sesuatu ang dapat dipakai sebagai dongengan, kan ?
Apaan sih Blue energy
Tidak ada satu kalimat yang tepat yang saya temukan untuk mendefinisikan Blue Energy. Istilah Blue energy hanyalah istilah yang sering dipakai untuk menamakan sumber-sumber penghasil energi yang ramah lingkungan. Biru sering dianggap sebagai manifestasi langit biru ataupun laut biru yang jernih dan bebas polusi. Ada juga yang mengistilahkan sebagai green energy, karena dianggap energi yang ramah lingkungan.
Sumber energi yang disebut-sebut sebagai Blue Energy seringkali bersumber dari sumber energi terbarukan termasuk sumber-sumber energi non-fosil, atau lebih tepatnya non carbon based energy, artinya bahan dasarnya bukan berupa rantai karbon. Misalnya Energy Air Laut, Energy Geothermal, Energy angin, Energy Surya, dan lain-lain.
Namun sepanjang perjalan sejarah, energi karbon masih merupakan energi termudah untuk diolah dan didapatkan. Termasuk didalamnya adalah BioEnergi. Bio Energi sendiri masih merupakan Carbon Based, atau masih berupa rangkaian karbon. Sumber Bioenergi ini bisa bersumber dari BioGas, Bio ethanol, minyak jarak, minyak goreng (CPO-Crune Palm Oil) yang diubah menjadi BioDiesel dll.
Energi berbahan dasar Karbon (Carbon Based Energy)
Awalnya pembakaran karbon sebagai sumber tenaga ini dimulai dari pemanfaatan batubara atau batu arang yang tentusaja merupakan rangkaian Carbon juga. Namun dalam proses penciptaan atau konversi energinya, arang batu ini dibakar begitu saja dipakai untuk memanaskan air. Pemanasan air ini yang merubah energi panas menjadi energi tekanan dan menyebabkan pergerakan piston. Dan itulah awalnya mesin uap oleh James Watt.
Minyak bumi sebagai bahan bakar masa kini.
Bahan bakar karbon itu termasuk bahan bakar fosil (minyak, Gas dan batubara) dan juga sebenarnya Bioethanol dan Biogas-pun termasuk Carbon Based Energy, maksudnya merupakan energi yang bersumber dari pembakaran rantai H-C (Hydrogen dan Carbon). Dalam pemanfaatan Carbon Based Energy ini diperlukan mesin bakar (combustible) dalam menghasilkan energi yang akan dipakai. Carbon based energy ini mulai marak ketika diketemukan minyak dengan pemboran pada akhir 1800-an. Di Indonesia pencarian minyaknya juga sangat awal, bahkan sumur Talaga Said (Sumatra Utara) termasuk pengeboran kedua di dunia. dibor tahun 1885.
Pemanfaatan minyak bumi sendiri akhirnya meningkat tajam sejak tahun 1950-an (pasca PD II) karena juga didukung oleh penemuan mesin bakar yang akhirnya locking (terkunci) antara mesin motor bakar dengan bahan bakarnya. Penguncian mesin dengan bahan bakar inilah yang menyebabkan kebutuhan batubara merosot tajam dalam penggunaannya. Jadi merosotnya penggunaan batubara bukan akibat batubara yang berkurang cadangan maupun produksinya.
Dengan meningkatnya teknologi serta peningkatan taraf hidup manusia, kebutuhan energipun meningkat. Kebutuhan minyak bumi tentusaja meningkat sesuai dengan tingkat hidup.
Synfuel (Synthetic Fuel) - Bahan Bakar Buatan
Synfuel adalah singkatan dari Synthethic Fuel (bahan bakar sintetis) merupakan sebuah bahan bakar yang masih memanfaatkan rangkaian HC (Hidrokarbon) sebagai dasarnya. Synfuel ini masih menggunakan teknik subsitusi, artinya mengganti minyak alami dengan minyak buatan. ya buatan ... prosesnya dengan dasar proses kimia sederhana yang sebenarnya sudah berusaia lebih dari ratusan tahun :) .
Ada beberapa macam cara untuk memperoleh rangkaian Hidrokarbon ini. Masing-masing dikembangkan berdasarkan proses kimiawi yang berbeda. Di alam bebas, proses ini dilakukan secara alamiah dengan memanfaatkan energi panas (dari bumi) dan mereaksikan unsur-unsur yang juga sudah ada secara alami. Namun proses ini sangat khusus, sehingga tidak disembarang tempat akan dijumpai minyak dan gas bumi.
1. Synfuel dari Coal Gasification:
* Gasification 2C + ½O2 + H2O → 2CO + H2
* Water gas shift CO + H2O → H2 + CO2
* F-T reaction CO + 2H2 → CH2 + H2O
* Net reaction 2C + H2O+ ½O2 → CH2 + CO2
Proses ini memerlukan 2C dan setengah O2 dan menghasilkan satu CO2 untuk setiap CH2 yang diproduksi. Artinya menggantikan minyak dengan bahan bakar sintetik dari batubara (coal synfuel) akan melipatgandakan hingga 3 kali lipat penggunaan batubara dan menghasilkan duakali lipat CO2.
(F-T atau Fischer- Tropsch reaction adalah reaksi (2n+1)H2 + nCO → CnH(2n+2) + nH2O
2. Synfuel dari Coal Gasification + H2 dari pemisahan air:
* Gasification C + 1/4O2 + 1/2H2O → CO + 1/2H2
* Water-splitting 3/2H2O + Energy → 3/2H2 + 3/4O2
* F-T reaction CO + 2H2 → CH2 + H2O
* Net reaction C + H2O + Energy → CH2 + 1/2O2
Dengan penambahan hydrogen (H2) meningkatkan proses pembuatan synfuel dari batubara. Kebutuhan karbon menjadi berkurang setengah dari sebelumnya. dan TIDAK ada CO2 yang ikut terproduksi !
Tentunya hal ini akan sangat-sangat ramah lingkungan ( environment friendly).
Pertanyaannya darimana memperoleh Hidrogen ? Salah satunya dalah dengan memanfaatkan teknologi nuklir atau melalui PLTN
"whaddduh, hati-hati Pakdhe nanti dianggap menyalahi hukum Islam kalau bilang PLTN :( , soale sudah difatwa haram looh pakdhe"
"Hust ini bukan soal agama, ini sekedar ilmu untuk bermimpi :P "
nuklir-h2-efisiensi.jpgUntuk memperoleh Hidrogen ini ternyata efisiensinya berbeda untuk cara pemanasan dengan cara elekstrolisa. Bisa dilihat perbedaanya seperti di sebelah ini. Sebagai catatan saja, produksi H2 saat ini yang sudah dapat diimplementasikan dengan elektrolisa temperatur rendah.
Jadi dengan demikian hanya dengan penambahan H2 dari proses water splitting sudah akan mengurangi kadar CO2 yang dihasilkan. Saat ini Amrik sudah mampu memproduksi 11 Juta ton H2 pertahun tetapi melalui proses penguapan dan pengalihan bentuk (reformation) dari metana (CH4). Dimana tentusaja proses ini masih tergantung energi fosil dan masih menghasilkan CO2 sebesar 100 juta ton pertahun. Masih belum benar-benar biru, ya ?
Sebuah pembangkit berkapasitas 1100MW mampu memproduksi 360 ton H2/hari dengan efisiensi sebesar 24% efficiency. Dengan demikian masih diperlukan ribuan PLTN untuk mensupport pembuatan serta transportasi pembuatan synfuel. Seandainya terdapat efisiensi hingga 50% tentunya kebutuhan powerplant menjadi setengahnya.
3. Synfuel dari penangkapan CO2 (CO2 Capture) + H2 dari pemisahan air (Water-splitting):
* Reverse Water Gas Shift CO2 + H2 → CO + H2O
* F-T reaction CO + 2H2 → CH2 + H2O
* Water-splitting 3H2O + Energy → 3H2 + 3/2O2
* Net reaction CO2 + H2O + Energy → CH2 + 3/2O2
Tidak ada batubara yang diperlukan sebagai sumber Carbon. membutuhkan CO2 untuk memproduksi satu bagian CH2. Dan ketika CH2 dibakar maka emisi CO2 menjadi nol karena prosesnya menggambil CO2.
CO2 dari mana ?
Bagaimana kalau sekarang CO2nya juga diambil dari udara. Loooh hiya bisa saja, kan ?. Memang benar ada sebuah metode penangkapan CO2 dari udara, alatnya juga sudah ada CO2 capturing. Salah satunya dengan memanfaatkan karbon yang dilepaskan oleh cerobong gas disebut Flue Gas.
co2caputer.jpgPowerplant berbahan bakar batubara sebesar 1000MW menghasilkan 5.5 juta tons of CO2/tahun atau kira kira (14,500 tons/hari). Di amerika saja kira-kira 53% (0.38TWh) dari total pembangkit listriknya menggunakan batubara dan menghasilkan 2 billion tons of CO2/tahun ini sama saja total CO2 yang dibutuhkan untuk transportasi dalam setahun !! Jadi dengan recycle "flue gas" atau cerobong gas sudah mampu memotong 50% emisi karbon.
Dapat juga dipakai dengan CO2 ditangkap dari udara. Ya menangkap dari udara bebas. Bahkan saat ini sudah diproduksi walaupun masih untuk penelitian yaitu penangkapan CO2 dari udara seperti disebalah ini.
Jadi secara menyeluruh kalau saja proses ini semua sudah menjadi proses yang dapat dilakukan dalam sebuah pabrik minyak sinthetic akan terjadi proses daur ulang karbon yang benar-benar biru !
Nah sekarang kita tahu ada beberapa tahapan dalam menghasilkan synfuel atau BBS (bahan bakar sintetis). Pembuatannyapun berbeda-beda, masing-masing memiliki kekurangan dan kelebihan. Termasuk kelebihan menghasilkan CO2 :) .
Kalau saja proses itu semua disebandingkan maka akan diketahui seberapa besar karbon yang dihasilkan. Lihat dibawah ini :
Secara lengkap kalau keseluruhan proses ini digabungkan maka akan diperoleh sumber bahan-bakar yang mungkin akan benar-benar biru (BBB). Maksudnya mimpi manusia untuk mendapatkan bahan bakar yang benar-benar biru dalam artian akan ramah lingkungan, rendah atau bahkan tanpa emisi karbon.
Tapi sekali lagi, proses inipun masih menyisakan pertanyaan. Proses ini adalah proses endoterm, yaitu proses (reaksi kimia) yang membutuhkan energi. Nah dari mana energi ini ? Kan ini reaksi kimia biasa, masih tidak mungkin menyalahi hukum fisika.
Blue Energy versi SBY !
"Pakdhe, jadi yang mana yang dibuat Pak SBY, dhe ?"
"Hust, Pak SBY ngga buat, beliau hanya mensupport sebuah usaha untuk mengurangi emisi Carbon. Dan juga beliau sangat menhargai penelitian tentang bahan-bakar sintetis ini"
Menurut bocoran dari dalam kubu SBY, bahwa yang sudah dilakukan Indonesia adalah tahap dimana membuat synfuel ini dengan gasifikasi. Mungkin proses antara yang pertama dan kedua diatas. Dimana Hydrogennya diperoleh dari "pemecahan air" (water splitting). Untuk 2000 liter air perlu ditambah kira2 3-8 kg carbon (tergantung air yang dipakai) untuk menghasilkan 1600 liter BBM. Karena air ini sebagai komponen mayoritas maka beberapa orang salah kaprah bilang BBM dari air. Kalau air formasi (air dari separator proses pemisahan minyak dan air di sumur minyak) yang dipakai, carbon yg ditambah lebih sedikit karena air formasi banyak mengandung karbon bebas. Kelompok ini juga sudah mencoba coba air formasi dari 2 lapangan di Sumatra dan 1 Lapangan di Jawa Timur.
:(" eh, Pakdhe katanya 'refinery' yang 5400 Bbl/day sdh 95 % selesai, ya?. Wah bagus juga pak SBY".
:D "Whallah koe iki mau ikutan tebar pesona !"
Yang mesti harus difikirkan adalah bagaimana emisi yg terbuang ketika memperoleh semua bahan-bahan ini termasuk ketika menghasilkan H2-nya dan juga pemanfaatannya (motor bakar). Karena walaupun pembakaran dalam mesin mobil dianggap lebih bersih, masih harus didihitungkan pula emisi yang terbuang ketika memproduksi synfuel ini.
Apapun yang telah dilakukan dengan Blue Energy ini di Indonesia (Minyak Indonesia Bersatu), tentusaja usaha ini harus diapresiasi. Karena sudah menunjukkan langkah kongkrit dalam mengatasi dan ikut serta berkiprah dalam pengembangan teknologi pembuatan minyak sintetis.
Refrensi
* K. Schultz, L. Bogart, G. Besenbruch, L. Brown, R. Buckingham, M. Campbell, B. Russ, and B. Wong, "HYDROGEN AND SYNTHETIC HYDROCARBON FUELS – A NATURAL SYNERGY*"
* Wikipedia
http://rovicky.multiply.com/journal/item/159
Blue Energy atau Minyak Indonesia Bersatu adalah bahan bakar sintetik yang dibuat dari substitusi molekul Hidrogen dan Karbon tak jenuh. Proses pembuatannya sama dengan minyak fosil, namun dengan kadar emisi yang jauh lebih rendah.
"Pakdhe, Jangan-jangan Pak SBY kena HOAX ?"
"Hust !"More...
Yang ternyata lebih menghebohkan adalah kutipan dari Jawapos sini
"Berbahan Dasar Air, Dipamerkan dalam Konferensi PBB
NGANJUK- Tak banyak yang tahu, penemu bahan bakar blue energy yang sedang dikampanyekan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) ternyata berasal dari Nganjuk. Dia adalah Joko Suprapto, warga Desa Ngadiboyo, Kecamatan Rejoso."
Wah mentang mentang warna biru itu warna laut terus dibilang bahwa yang dimaksud blue energy itu berbahan dasar air laut ... Blaik !!!
Akhirnya istilah blue energy ini mungkin sudah menjadi sebuah kelirumologi di Indonesia ketika bersamaan dengan konferensi UNCCC di Bali tentang Global Warnming . Yang jelas mesti ada teori yang berbau keilmuan dibelakang semua ini, dan ada sesuatu ang dapat dipakai sebagai dongengan, kan ?
Apaan sih Blue energy
Tidak ada satu kalimat yang tepat yang saya temukan untuk mendefinisikan Blue Energy. Istilah Blue energy hanyalah istilah yang sering dipakai untuk menamakan sumber-sumber penghasil energi yang ramah lingkungan. Biru sering dianggap sebagai manifestasi langit biru ataupun laut biru yang jernih dan bebas polusi. Ada juga yang mengistilahkan sebagai green energy, karena dianggap energi yang ramah lingkungan.
Sumber energi yang disebut-sebut sebagai Blue Energy seringkali bersumber dari sumber energi terbarukan termasuk sumber-sumber energi non-fosil, atau lebih tepatnya non carbon based energy, artinya bahan dasarnya bukan berupa rantai karbon. Misalnya Energy Air Laut, Energy Geothermal, Energy angin, Energy Surya, dan lain-lain.
Namun sepanjang perjalan sejarah, energi karbon masih merupakan energi termudah untuk diolah dan didapatkan. Termasuk didalamnya adalah BioEnergi. Bio Energi sendiri masih merupakan Carbon Based, atau masih berupa rangkaian karbon. Sumber Bioenergi ini bisa bersumber dari BioGas, Bio ethanol, minyak jarak, minyak goreng (CPO-Crune Palm Oil) yang diubah menjadi BioDiesel dll.
Energi berbahan dasar Karbon (Carbon Based Energy)
Awalnya pembakaran karbon sebagai sumber tenaga ini dimulai dari pemanfaatan batubara atau batu arang yang tentusaja merupakan rangkaian Carbon juga. Namun dalam proses penciptaan atau konversi energinya, arang batu ini dibakar begitu saja dipakai untuk memanaskan air. Pemanasan air ini yang merubah energi panas menjadi energi tekanan dan menyebabkan pergerakan piston. Dan itulah awalnya mesin uap oleh James Watt.
Minyak bumi sebagai bahan bakar masa kini.
Bahan bakar karbon itu termasuk bahan bakar fosil (minyak, Gas dan batubara) dan juga sebenarnya Bioethanol dan Biogas-pun termasuk Carbon Based Energy, maksudnya merupakan energi yang bersumber dari pembakaran rantai H-C (Hydrogen dan Carbon). Dalam pemanfaatan Carbon Based Energy ini diperlukan mesin bakar (combustible) dalam menghasilkan energi yang akan dipakai. Carbon based energy ini mulai marak ketika diketemukan minyak dengan pemboran pada akhir 1800-an. Di Indonesia pencarian minyaknya juga sangat awal, bahkan sumur Talaga Said (Sumatra Utara) termasuk pengeboran kedua di dunia. dibor tahun 1885.
Pemanfaatan minyak bumi sendiri akhirnya meningkat tajam sejak tahun 1950-an (pasca PD II) karena juga didukung oleh penemuan mesin bakar yang akhirnya locking (terkunci) antara mesin motor bakar dengan bahan bakarnya. Penguncian mesin dengan bahan bakar inilah yang menyebabkan kebutuhan batubara merosot tajam dalam penggunaannya. Jadi merosotnya penggunaan batubara bukan akibat batubara yang berkurang cadangan maupun produksinya.
Dengan meningkatnya teknologi serta peningkatan taraf hidup manusia, kebutuhan energipun meningkat. Kebutuhan minyak bumi tentusaja meningkat sesuai dengan tingkat hidup.
Synfuel (Synthetic Fuel) - Bahan Bakar Buatan
Synfuel adalah singkatan dari Synthethic Fuel (bahan bakar sintetis) merupakan sebuah bahan bakar yang masih memanfaatkan rangkaian HC (Hidrokarbon) sebagai dasarnya. Synfuel ini masih menggunakan teknik subsitusi, artinya mengganti minyak alami dengan minyak buatan. ya buatan ... prosesnya dengan dasar proses kimia sederhana yang sebenarnya sudah berusaia lebih dari ratusan tahun :) .
Ada beberapa macam cara untuk memperoleh rangkaian Hidrokarbon ini. Masing-masing dikembangkan berdasarkan proses kimiawi yang berbeda. Di alam bebas, proses ini dilakukan secara alamiah dengan memanfaatkan energi panas (dari bumi) dan mereaksikan unsur-unsur yang juga sudah ada secara alami. Namun proses ini sangat khusus, sehingga tidak disembarang tempat akan dijumpai minyak dan gas bumi.
1. Synfuel dari Coal Gasification:
* Gasification 2C + ½O2 + H2O → 2CO + H2
* Water gas shift CO + H2O → H2 + CO2
* F-T reaction CO + 2H2 → CH2 + H2O
* Net reaction 2C + H2O+ ½O2 → CH2 + CO2
Proses ini memerlukan 2C dan setengah O2 dan menghasilkan satu CO2 untuk setiap CH2 yang diproduksi. Artinya menggantikan minyak dengan bahan bakar sintetik dari batubara (coal synfuel) akan melipatgandakan hingga 3 kali lipat penggunaan batubara dan menghasilkan duakali lipat CO2.
(F-T atau Fischer- Tropsch reaction adalah reaksi (2n+1)H2 + nCO → CnH(2n+2) + nH2O
2. Synfuel dari Coal Gasification + H2 dari pemisahan air:
* Gasification C + 1/4O2 + 1/2H2O → CO + 1/2H2
* Water-splitting 3/2H2O + Energy → 3/2H2 + 3/4O2
* F-T reaction CO + 2H2 → CH2 + H2O
* Net reaction C + H2O + Energy → CH2 + 1/2O2
Dengan penambahan hydrogen (H2) meningkatkan proses pembuatan synfuel dari batubara. Kebutuhan karbon menjadi berkurang setengah dari sebelumnya. dan TIDAK ada CO2 yang ikut terproduksi !
Tentunya hal ini akan sangat-sangat ramah lingkungan ( environment friendly).
Pertanyaannya darimana memperoleh Hidrogen ? Salah satunya dalah dengan memanfaatkan teknologi nuklir atau melalui PLTN
"whaddduh, hati-hati Pakdhe nanti dianggap menyalahi hukum Islam kalau bilang PLTN :( , soale sudah difatwa haram looh pakdhe"
"Hust ini bukan soal agama, ini sekedar ilmu untuk bermimpi :P "
nuklir-h2-efisiensi.jpgUntuk memperoleh Hidrogen ini ternyata efisiensinya berbeda untuk cara pemanasan dengan cara elekstrolisa. Bisa dilihat perbedaanya seperti di sebelah ini. Sebagai catatan saja, produksi H2 saat ini yang sudah dapat diimplementasikan dengan elektrolisa temperatur rendah.
Jadi dengan demikian hanya dengan penambahan H2 dari proses water splitting sudah akan mengurangi kadar CO2 yang dihasilkan. Saat ini Amrik sudah mampu memproduksi 11 Juta ton H2 pertahun tetapi melalui proses penguapan dan pengalihan bentuk (reformation) dari metana (CH4). Dimana tentusaja proses ini masih tergantung energi fosil dan masih menghasilkan CO2 sebesar 100 juta ton pertahun. Masih belum benar-benar biru, ya ?
Sebuah pembangkit berkapasitas 1100MW mampu memproduksi 360 ton H2/hari dengan efisiensi sebesar 24% efficiency. Dengan demikian masih diperlukan ribuan PLTN untuk mensupport pembuatan serta transportasi pembuatan synfuel. Seandainya terdapat efisiensi hingga 50% tentunya kebutuhan powerplant menjadi setengahnya.
3. Synfuel dari penangkapan CO2 (CO2 Capture) + H2 dari pemisahan air (Water-splitting):
* Reverse Water Gas Shift CO2 + H2 → CO + H2O
* F-T reaction CO + 2H2 → CH2 + H2O
* Water-splitting 3H2O + Energy → 3H2 + 3/2O2
* Net reaction CO2 + H2O + Energy → CH2 + 3/2O2
Tidak ada batubara yang diperlukan sebagai sumber Carbon. membutuhkan CO2 untuk memproduksi satu bagian CH2. Dan ketika CH2 dibakar maka emisi CO2 menjadi nol karena prosesnya menggambil CO2.
CO2 dari mana ?
Bagaimana kalau sekarang CO2nya juga diambil dari udara. Loooh hiya bisa saja, kan ?. Memang benar ada sebuah metode penangkapan CO2 dari udara, alatnya juga sudah ada CO2 capturing. Salah satunya dengan memanfaatkan karbon yang dilepaskan oleh cerobong gas disebut Flue Gas.
co2caputer.jpgPowerplant berbahan bakar batubara sebesar 1000MW menghasilkan 5.5 juta tons of CO2/tahun atau kira kira (14,500 tons/hari). Di amerika saja kira-kira 53% (0.38TWh) dari total pembangkit listriknya menggunakan batubara dan menghasilkan 2 billion tons of CO2/tahun ini sama saja total CO2 yang dibutuhkan untuk transportasi dalam setahun !! Jadi dengan recycle "flue gas" atau cerobong gas sudah mampu memotong 50% emisi karbon.
Dapat juga dipakai dengan CO2 ditangkap dari udara. Ya menangkap dari udara bebas. Bahkan saat ini sudah diproduksi walaupun masih untuk penelitian yaitu penangkapan CO2 dari udara seperti disebalah ini.
Jadi secara menyeluruh kalau saja proses ini semua sudah menjadi proses yang dapat dilakukan dalam sebuah pabrik minyak sinthetic akan terjadi proses daur ulang karbon yang benar-benar biru !
Nah sekarang kita tahu ada beberapa tahapan dalam menghasilkan synfuel atau BBS (bahan bakar sintetis). Pembuatannyapun berbeda-beda, masing-masing memiliki kekurangan dan kelebihan. Termasuk kelebihan menghasilkan CO2 :) .
Kalau saja proses itu semua disebandingkan maka akan diketahui seberapa besar karbon yang dihasilkan. Lihat dibawah ini :
Secara lengkap kalau keseluruhan proses ini digabungkan maka akan diperoleh sumber bahan-bakar yang mungkin akan benar-benar biru (BBB). Maksudnya mimpi manusia untuk mendapatkan bahan bakar yang benar-benar biru dalam artian akan ramah lingkungan, rendah atau bahkan tanpa emisi karbon.
Tapi sekali lagi, proses inipun masih menyisakan pertanyaan. Proses ini adalah proses endoterm, yaitu proses (reaksi kimia) yang membutuhkan energi. Nah dari mana energi ini ? Kan ini reaksi kimia biasa, masih tidak mungkin menyalahi hukum fisika.
Blue Energy versi SBY !
"Pakdhe, jadi yang mana yang dibuat Pak SBY, dhe ?"
"Hust, Pak SBY ngga buat, beliau hanya mensupport sebuah usaha untuk mengurangi emisi Carbon. Dan juga beliau sangat menhargai penelitian tentang bahan-bakar sintetis ini"
Menurut bocoran dari dalam kubu SBY, bahwa yang sudah dilakukan Indonesia adalah tahap dimana membuat synfuel ini dengan gasifikasi. Mungkin proses antara yang pertama dan kedua diatas. Dimana Hydrogennya diperoleh dari "pemecahan air" (water splitting). Untuk 2000 liter air perlu ditambah kira2 3-8 kg carbon (tergantung air yang dipakai) untuk menghasilkan 1600 liter BBM. Karena air ini sebagai komponen mayoritas maka beberapa orang salah kaprah bilang BBM dari air. Kalau air formasi (air dari separator proses pemisahan minyak dan air di sumur minyak) yang dipakai, carbon yg ditambah lebih sedikit karena air formasi banyak mengandung karbon bebas. Kelompok ini juga sudah mencoba coba air formasi dari 2 lapangan di Sumatra dan 1 Lapangan di Jawa Timur.
:(" eh, Pakdhe katanya 'refinery' yang 5400 Bbl/day sdh 95 % selesai, ya?. Wah bagus juga pak SBY".
:D "Whallah koe iki mau ikutan tebar pesona !"
Yang mesti harus difikirkan adalah bagaimana emisi yg terbuang ketika memperoleh semua bahan-bahan ini termasuk ketika menghasilkan H2-nya dan juga pemanfaatannya (motor bakar). Karena walaupun pembakaran dalam mesin mobil dianggap lebih bersih, masih harus didihitungkan pula emisi yang terbuang ketika memproduksi synfuel ini.
Apapun yang telah dilakukan dengan Blue Energy ini di Indonesia (Minyak Indonesia Bersatu), tentusaja usaha ini harus diapresiasi. Karena sudah menunjukkan langkah kongkrit dalam mengatasi dan ikut serta berkiprah dalam pengembangan teknologi pembuatan minyak sintetis.
Refrensi
* K. Schultz, L. Bogart, G. Besenbruch, L. Brown, R. Buckingham, M. Campbell, B. Russ, and B. Wong, "HYDROGEN AND SYNTHETIC HYDROCARBON FUELS – A NATURAL SYNERGY*"
* Wikipedia
http://rovicky.multiply.com/journal/item/159
Penemu Bahan Bakar Air Minta Maaf
JAKARTA - Joko Suprapto, si penemu bahan bakar air yang dikenal dengan sebutan Blue Energy, meminta maaf maaf karena merasa telah menyusahkan banyak pihak yang menyangka ia telah diculik, padahal ia hanya mengasingkan diri akibat sakit. "Saya hanya menenangkan diri sambil menyusun strategi dan mencari dana karena proyek ini masih membutuhkan dana," kata warga Desa Ngadiboyo, Rejoso, Nganjuk, Jatim, Jumat (23/5) malam di depan wartawan.
Ia secara khusus juga meminta maaf kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). "Pertama-tama saya ingin minta maaf pada Presiden SBY dalam hal ini karena timing yang kita janjikan belum bisa tepat waktu. Namun hubungan saya dengan bapak presiden baik-baik saja tidak ada masalah," jawab dia.
Mengenai rencana proyek blue energy di masa mendatang yang tengah dia kerjakan, Joko berharap akan bisa menghasilkan yang positif bagi bangsa Indonesia. "Ya, supaya segera sampai ke masyarakat dan bisa dinikmati masyarakat luas terutama Indonesia ini," katanya.
Di tempat terpisah, Kapolri Jendral Sutanto membantah isu yang menyebutkan Joko hilang atau diculik. "Siapa bilang hilang. Kalau hilang pasti keluarganya sudah melapor. Sampai sekarang tidak ada laporan dari keluarganya. Periksa yang bener ke rumahnya, ada atau tidak. Atau mungkin lagi ditempat tertentu," kata Kapolri.
Kapolri menegaskan, kalau memang benar Joko Shilang dan keluarganya melapor, polisi pasti akan mencarinya sampai ketemu. "Kalau benar hilang, kita tunggu laporannya. Kita akan cari sampai ketemu.
Sebelumnya, Ketua DPR Agung Laksono meminta Polri menjelaskan soal hilangnya Joko Suprapto. "Berita simpang siur mengenai hilangnya, haruslah ada penjelasan dari instansi yang kompeten. Dari kepolisian termasuk dari pihak keluarganya apakah memang benar yang dimaksud hilang," kata Agung Laksono
Yuddy Chrisnandy, angggota Komisi I DPR yang membidangi masalalah pertahanan bahkan meminta Badan Intelijen Nasional (BIN) harus dilibatkan untuk mengungkap peristiwa ini. "BIN tentunya harus dilibatkan untuk mencari higga ketemu. Dan pemerintah, tentu saja tidak boleh memandang masalah ini sebelah mata. Dia lebih penting daripada Purnomo Yusgiantoro karena mampu berpikir alternatif dalam krisis energi," kata Yuddy.
Berawal dari SMS
Ihwal munculnya berita mengenai hilangnya Joko Suprapto, berawal dari sebuah SMS. Pesan singkat tersebut beredar di kalangan wartawan awal pekan ini.
Pesan singkat tersebut berbunyi: "Sudah 10 hari Joko, penemu BBM dari air menghilang. SBY perintahkan Kapolri, Panglima TNI, BIN, Bais, Densus 88 utk mencari. Krn SBY sdh putuskan di sidang kabinet, akan di-launching pd peringatan 100 thn kebangkitan nasional. Istana gerah kpd Tim Blue Energy krn merasa dipermalukan. Menristek Kusmayanto kena semprot Syamsir krn bisa merusak pemerintah dan menghancurkan sosialisasi kenaikan BBM. (A1 Classified)"
Wartawan pun heboh berburu berita tersebut. Mereka menghubungi pihak kepolisian, mendatangi rumah Joko di Nganjuk, dan bahkan mewawancarai Ketua DPR RI Agung Laksono. Sejumlah media merencanakan peliputan mendalam dan menyuguhkannya secara blow up. Namun ternyata akhirnya diketahui Joko tidak hilang, apalagi diculik. (persda network/ugi/yat)
http://www.tribunkaltim.com/Nasional/
Penemu-Bahan-Bakar-Air-Minta-Maaf.html
Ia secara khusus juga meminta maaf kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). "Pertama-tama saya ingin minta maaf pada Presiden SBY dalam hal ini karena timing yang kita janjikan belum bisa tepat waktu. Namun hubungan saya dengan bapak presiden baik-baik saja tidak ada masalah," jawab dia.
Mengenai rencana proyek blue energy di masa mendatang yang tengah dia kerjakan, Joko berharap akan bisa menghasilkan yang positif bagi bangsa Indonesia. "Ya, supaya segera sampai ke masyarakat dan bisa dinikmati masyarakat luas terutama Indonesia ini," katanya.
Di tempat terpisah, Kapolri Jendral Sutanto membantah isu yang menyebutkan Joko hilang atau diculik. "Siapa bilang hilang. Kalau hilang pasti keluarganya sudah melapor. Sampai sekarang tidak ada laporan dari keluarganya. Periksa yang bener ke rumahnya, ada atau tidak. Atau mungkin lagi ditempat tertentu," kata Kapolri.
Kapolri menegaskan, kalau memang benar Joko Shilang dan keluarganya melapor, polisi pasti akan mencarinya sampai ketemu. "Kalau benar hilang, kita tunggu laporannya. Kita akan cari sampai ketemu.
Sebelumnya, Ketua DPR Agung Laksono meminta Polri menjelaskan soal hilangnya Joko Suprapto. "Berita simpang siur mengenai hilangnya, haruslah ada penjelasan dari instansi yang kompeten. Dari kepolisian termasuk dari pihak keluarganya apakah memang benar yang dimaksud hilang," kata Agung Laksono
Yuddy Chrisnandy, angggota Komisi I DPR yang membidangi masalalah pertahanan bahkan meminta Badan Intelijen Nasional (BIN) harus dilibatkan untuk mengungkap peristiwa ini. "BIN tentunya harus dilibatkan untuk mencari higga ketemu. Dan pemerintah, tentu saja tidak boleh memandang masalah ini sebelah mata. Dia lebih penting daripada Purnomo Yusgiantoro karena mampu berpikir alternatif dalam krisis energi," kata Yuddy.
Berawal dari SMS
Ihwal munculnya berita mengenai hilangnya Joko Suprapto, berawal dari sebuah SMS. Pesan singkat tersebut beredar di kalangan wartawan awal pekan ini.
Pesan singkat tersebut berbunyi: "Sudah 10 hari Joko, penemu BBM dari air menghilang. SBY perintahkan Kapolri, Panglima TNI, BIN, Bais, Densus 88 utk mencari. Krn SBY sdh putuskan di sidang kabinet, akan di-launching pd peringatan 100 thn kebangkitan nasional. Istana gerah kpd Tim Blue Energy krn merasa dipermalukan. Menristek Kusmayanto kena semprot Syamsir krn bisa merusak pemerintah dan menghancurkan sosialisasi kenaikan BBM. (A1 Classified)"
Wartawan pun heboh berburu berita tersebut. Mereka menghubungi pihak kepolisian, mendatangi rumah Joko di Nganjuk, dan bahkan mewawancarai Ketua DPR RI Agung Laksono. Sejumlah media merencanakan peliputan mendalam dan menyuguhkannya secara blow up. Namun ternyata akhirnya diketahui Joko tidak hilang, apalagi diculik. (persda network/ugi/yat)
http://www.tribunkaltim.com/Nasional/
Penemu-Bahan-Bakar-Air-Minta-Maaf.html
Keberadaan Djoko, Penemu BBM Dari Air Masih Misterius
TEMPO Interaktif, Jakarta:Keberadaan Djoko Suprapto, warga Dusun Turi, Desa Ngadiboyo, Kecamatan Rejoso, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, hingga Minggu (25/5) masih misterius. Meskipun dikabarkan telah pulang ke rumahnya dalam keadaan sakit, namun penemu energi alternatif dari air pengganti bahan bakar minyak (BBM) yang disebut blue energi itu masih belum bisa ditemui di kediamannya.
"Saya belum melihatnya hingga hari ini. Apa sudah di rumah atau masih pergi saya tidak tahu," kata Huda, salah seorang tetangganya, Minggu (25/5).
Tentang adanya kabar Djoko hilang diculik, Huda dan kebanyakan warga di Desa Ngadiboyo juga mengaku tidak tahu. Mereka justru tahu dari kabar yang beredar luas di koran dan televisi.
Tiga rumah Djoko masih dalam keadaan tertutup dan sepi. Rumah utama seluas 1 hektare yang berada di Dusun Turi, Desa Ngadiboyo yang juga berfungsi sebagai studio radio Jodhipati FM terlihat lengang.
Sejumlah penjaga terlihat duduk-duduk di pendopo besar yang ada di halaman rumah. Mereka sama sekali tidak bersedia memberi komentar apapun terkait keberadaan Djoko, dan hanya sibuk mengawasi sekeliling rumah berpagar tinggi yang sekelilingnya dilukis gambar wayang.
Rumah lainnya di Dusun Bangsri, Desa Ngadiboyo yang berjarak sekitar 750 meter dari rumah utama juga sepi dan tertutup. Rumah ketiga yang merupakan bengkel otomotif dan tempat cuci mobil juga sama kondisinya. Pintu pagar tertutup rapat dan tidak ada seorang pun terlihat.
Dusun yang berjarak 15 kilometer dari pusat Kota Nganjuk itu sejak Jum'at lalu menjadi sorotan berbagai kalangan karena ada kabar Djoko hilang. Mantan Wakil Bupati Nganjuk, Djaelani Iskak mengaku Djoko sebagai orang yang inovatif.
Saat masih menjabat sebagai Wakil Bupati, Djaelani sempat dipamiti Djoko saat dijemput sejumlah utusan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang menjemput Djoko ketika hendak diajak pergi ke Denpasar Bali untuk menghadiri konferensi dunia terkait global warming pada bulan Desember 2007.
Saat itu sempat dicoba energi yang ditemukan Djoko dipergunakan untuk mengisi BBM kendaraan yang dinaiki tim dari Jakarta ke Bali hingga sampai di forum United Nation Framework Conference on Climate Change (UNFCCC) Desember 2007 di Denpasar. Namun Djaelani mengaku tidak tahu persis bagaimana sesungguhnya proses penggunaan energi yang ditemukan Djoko.
"Katanya mengubah air menjadi energi pengganti BBM seperti premium, solar, minyak tanah, dan lain-lain. Dia juga menemukan listrik yang murah. Tapi saya sendiri belum pernah tahu. Hanya dari keterangan lesan," kata Djaelani.
Sejauh ini Djoko memang belum pernah mempublikasikan secara resmi temuannya. Namun dari keterangannya saat hendak menghadiri konferensi di Bali akhir tahun lalu, secara prinsipal dia menjelaskan prinsip utama temuannya adalah memisahkan H plus dan H2 min.
Dengan bantuan katalis-katalis dan proses tertentu hingga menjadi bahan bakar dengan jumlah ikatan karbon tertentu. Bahan dasar yang dipergunakan adalah air. Konon, kini dia sedang berupaya menggunakan air laut agar tidak mengganggu kebutuhan air tawar yang sangat dibutuhkan manusia. Temuan itu diawali dari riset sejak tahun 2001 di rumahnya di Desa Ngadiboyo.
Pada Jum’at (23/5) lalu, lelaki yang konon merupakan sarjana lulusan Fakultas Tekhnik Elektro Universitas Gajah Mada Yogjakarta itu mengirimkan secarik kertas putih yang disodorkan salah seorang keluarganya kepada penjaga yang ada di pendopo rumah Djoko. Surat itu ditujukan kepada para wartawan yang sejak pagi berkerumun mencari informasi keberadaan Djoko.
Berdasarkan surat yang diterima Tempo, intinya Djoko meminta maaf belum bisa menerima dan menemui para wartawan yang ingin mengetahui keadaaanya. Surat tertanggal 23 Mei 2008 itu juga dibubuhi tandatangan langsung Djoko Suprapto.
"Rekan-rekan wartawan yang terhormat, saya mohon maaf sebesar-besarnya, sehubungan dengan kondisi kesehatan yang belum memungkinkan dan masih diperlukan perawatan, saya sekeluarga mohon maaf belum bisa menemui rekan-rekan wartawan untuk konfirmasi keadaan saya," tulis Djoko dalam suratnya.
"Saya sekeluarga berharap segera bisa menemui dan berbicara di hadapan para wartawan secepatnya," tulis Djoko dalam paragraf terakhirnya.DWIDJO U. MAKSUM
http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa/
jawamadura/2008/05/25/brk,20080525-123662,id.html
"Saya belum melihatnya hingga hari ini. Apa sudah di rumah atau masih pergi saya tidak tahu," kata Huda, salah seorang tetangganya, Minggu (25/5).
Tentang adanya kabar Djoko hilang diculik, Huda dan kebanyakan warga di Desa Ngadiboyo juga mengaku tidak tahu. Mereka justru tahu dari kabar yang beredar luas di koran dan televisi.
Tiga rumah Djoko masih dalam keadaan tertutup dan sepi. Rumah utama seluas 1 hektare yang berada di Dusun Turi, Desa Ngadiboyo yang juga berfungsi sebagai studio radio Jodhipati FM terlihat lengang.
Sejumlah penjaga terlihat duduk-duduk di pendopo besar yang ada di halaman rumah. Mereka sama sekali tidak bersedia memberi komentar apapun terkait keberadaan Djoko, dan hanya sibuk mengawasi sekeliling rumah berpagar tinggi yang sekelilingnya dilukis gambar wayang.
Rumah lainnya di Dusun Bangsri, Desa Ngadiboyo yang berjarak sekitar 750 meter dari rumah utama juga sepi dan tertutup. Rumah ketiga yang merupakan bengkel otomotif dan tempat cuci mobil juga sama kondisinya. Pintu pagar tertutup rapat dan tidak ada seorang pun terlihat.
Dusun yang berjarak 15 kilometer dari pusat Kota Nganjuk itu sejak Jum'at lalu menjadi sorotan berbagai kalangan karena ada kabar Djoko hilang. Mantan Wakil Bupati Nganjuk, Djaelani Iskak mengaku Djoko sebagai orang yang inovatif.
Saat masih menjabat sebagai Wakil Bupati, Djaelani sempat dipamiti Djoko saat dijemput sejumlah utusan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang menjemput Djoko ketika hendak diajak pergi ke Denpasar Bali untuk menghadiri konferensi dunia terkait global warming pada bulan Desember 2007.
Saat itu sempat dicoba energi yang ditemukan Djoko dipergunakan untuk mengisi BBM kendaraan yang dinaiki tim dari Jakarta ke Bali hingga sampai di forum United Nation Framework Conference on Climate Change (UNFCCC) Desember 2007 di Denpasar. Namun Djaelani mengaku tidak tahu persis bagaimana sesungguhnya proses penggunaan energi yang ditemukan Djoko.
"Katanya mengubah air menjadi energi pengganti BBM seperti premium, solar, minyak tanah, dan lain-lain. Dia juga menemukan listrik yang murah. Tapi saya sendiri belum pernah tahu. Hanya dari keterangan lesan," kata Djaelani.
Sejauh ini Djoko memang belum pernah mempublikasikan secara resmi temuannya. Namun dari keterangannya saat hendak menghadiri konferensi di Bali akhir tahun lalu, secara prinsipal dia menjelaskan prinsip utama temuannya adalah memisahkan H plus dan H2 min.
Dengan bantuan katalis-katalis dan proses tertentu hingga menjadi bahan bakar dengan jumlah ikatan karbon tertentu. Bahan dasar yang dipergunakan adalah air. Konon, kini dia sedang berupaya menggunakan air laut agar tidak mengganggu kebutuhan air tawar yang sangat dibutuhkan manusia. Temuan itu diawali dari riset sejak tahun 2001 di rumahnya di Desa Ngadiboyo.
Pada Jum’at (23/5) lalu, lelaki yang konon merupakan sarjana lulusan Fakultas Tekhnik Elektro Universitas Gajah Mada Yogjakarta itu mengirimkan secarik kertas putih yang disodorkan salah seorang keluarganya kepada penjaga yang ada di pendopo rumah Djoko. Surat itu ditujukan kepada para wartawan yang sejak pagi berkerumun mencari informasi keberadaan Djoko.
Berdasarkan surat yang diterima Tempo, intinya Djoko meminta maaf belum bisa menerima dan menemui para wartawan yang ingin mengetahui keadaaanya. Surat tertanggal 23 Mei 2008 itu juga dibubuhi tandatangan langsung Djoko Suprapto.
"Rekan-rekan wartawan yang terhormat, saya mohon maaf sebesar-besarnya, sehubungan dengan kondisi kesehatan yang belum memungkinkan dan masih diperlukan perawatan, saya sekeluarga mohon maaf belum bisa menemui rekan-rekan wartawan untuk konfirmasi keadaan saya," tulis Djoko dalam suratnya.
"Saya sekeluarga berharap segera bisa menemui dan berbicara di hadapan para wartawan secepatnya," tulis Djoko dalam paragraf terakhirnya.DWIDJO U. MAKSUM
http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa/
jawamadura/2008/05/25/brk,20080525-123662,id.html
Joko Suprapto, sang Penemu Formula Air Jadi BBM
Joko Suprapto, penemu blue energy asal Nganjuk, Jawa Timur, akhirnya mau berbicara terbuka kepada wartawan. Alumnus teknik elektro UGM Jogja itu masih tampak pucat. Rambutnya baru dicukur. Begitu pula kumisnya yang lebat. Berikut petikan wawancara wartawan dengan Joko tentang 13 hari ’menghilang’ dari publik.
Selama ’menghilang’, Anda ke mana saja?
Saya tidak menghilang, tapi menyiapkan strategi sambil mencari dana buat proyek saya.
Kabarnya sampai ke Batam segala?
Siapa bilang? Saya hanya ke Surabaya, Jakarta. Tidak ke luar pulau (Jawa, Red), kok.
Hasilnya?
Dana yang saya butuhkan sudah tersedia.
Boleh tahu jumlahnya?
(Tersenyum) Tidak etis kalau saya sebut di sini
Bisa menceritakan penelitian apa yang sesungguhnya Anda kerjakan?
Saya ingin meluruskan, sebenarnya bukan mengubah air menjadi bahan bakar. Yang saya ubah itu hidrogennya. Tapi agar masyarakat bisa mengistilahkan, disebut air.
Teknisnya?
Jadi, hidrogen tersebut ditambah dengan rantai-rantai karbon dan katalis. Nanti hasilnya kerosin, minyak tanah.
Apakah hanya minyak tanah saja?
Tentu saja tidak. Nanti akan dikembangkan bahan bakar lengkap. Seperti punya Pertamina.
Sejauh mana perkembangan penelitian itu?
Saat ini masih menyiapkan proses produksi. Sepuluh liter per detik di pabriknya.
Apakah nanti akan diproduksi masal?
Ya, tapi (pabriknya) akan ditempatkan di daerah pinggiran pantai. Karena kita mengambil air laut, bukan air tanah.
Kenapa?
Agar tidak mengganggu kestabilan tanah. Air tanah kan bisa memberi manfaat lain bagi warga.
Kapan hasil penelitian ini bisa dimanfaatkan warga?
Secepatnya
Mungkin bisa menyebut tanggal?
Pokoknya secepatnya
Di mana akan diluncurkan?
Kalau itu tunggu statement berikutnya. Yang jelas mencakup seluruh Indonesia
Selama ini, dengan siapa Anda bekerja sama?
Dengan Lemigas (Lembaga Minyak dan Gas) dan perusahaan yang bergerak di bidang lab (laboratorium penelitian).
Apakah pemerintah juga membantu?
Tentu saja. Saya tetap berhubungan baik dengan pemerintah. Kita saling mengisi.
Apakah ada investor asing yang memberi bantuan?
O, tidak. Semua investor lokal.
Apa motivasi Anda mengadakan penelitian ini?
Niat saya murni untuk kepentingan rakyat. Kalau orang lain bilang paten itu penting, menurut saya nggak penting.
Kabarnya 20 Mei kemarin Anda menerima undangan dari Presiden SBY untuk menghadiri peringatan kebangkitan nasional di Jakarta?
Ya, tapi saya berhalangan hadir karena kondisi kesehatan tidak memungkinkan. Kurang fit.(c2/hid/jpnn/el)
http://www.jawapos.co.id/index.php?act=detail_c&id=343445
Selama ’menghilang’, Anda ke mana saja?
Saya tidak menghilang, tapi menyiapkan strategi sambil mencari dana buat proyek saya.
Kabarnya sampai ke Batam segala?
Siapa bilang? Saya hanya ke Surabaya, Jakarta. Tidak ke luar pulau (Jawa, Red), kok.
Hasilnya?
Dana yang saya butuhkan sudah tersedia.
Boleh tahu jumlahnya?
(Tersenyum) Tidak etis kalau saya sebut di sini
Bisa menceritakan penelitian apa yang sesungguhnya Anda kerjakan?
Saya ingin meluruskan, sebenarnya bukan mengubah air menjadi bahan bakar. Yang saya ubah itu hidrogennya. Tapi agar masyarakat bisa mengistilahkan, disebut air.
Teknisnya?
Jadi, hidrogen tersebut ditambah dengan rantai-rantai karbon dan katalis. Nanti hasilnya kerosin, minyak tanah.
Apakah hanya minyak tanah saja?
Tentu saja tidak. Nanti akan dikembangkan bahan bakar lengkap. Seperti punya Pertamina.
Sejauh mana perkembangan penelitian itu?
Saat ini masih menyiapkan proses produksi. Sepuluh liter per detik di pabriknya.
Apakah nanti akan diproduksi masal?
Ya, tapi (pabriknya) akan ditempatkan di daerah pinggiran pantai. Karena kita mengambil air laut, bukan air tanah.
Kenapa?
Agar tidak mengganggu kestabilan tanah. Air tanah kan bisa memberi manfaat lain bagi warga.
Kapan hasil penelitian ini bisa dimanfaatkan warga?
Secepatnya
Mungkin bisa menyebut tanggal?
Pokoknya secepatnya
Di mana akan diluncurkan?
Kalau itu tunggu statement berikutnya. Yang jelas mencakup seluruh Indonesia
Selama ini, dengan siapa Anda bekerja sama?
Dengan Lemigas (Lembaga Minyak dan Gas) dan perusahaan yang bergerak di bidang lab (laboratorium penelitian).
Apakah pemerintah juga membantu?
Tentu saja. Saya tetap berhubungan baik dengan pemerintah. Kita saling mengisi.
Apakah ada investor asing yang memberi bantuan?
O, tidak. Semua investor lokal.
Apa motivasi Anda mengadakan penelitian ini?
Niat saya murni untuk kepentingan rakyat. Kalau orang lain bilang paten itu penting, menurut saya nggak penting.
Kabarnya 20 Mei kemarin Anda menerima undangan dari Presiden SBY untuk menghadiri peringatan kebangkitan nasional di Jakarta?
Ya, tapi saya berhalangan hadir karena kondisi kesehatan tidak memungkinkan. Kurang fit.(c2/hid/jpnn/el)
http://www.jawapos.co.id/index.php?act=detail_c&id=343445
Bahan Bakar Air Kreasi Warga Nganjuk
Satu lagi bukti bahwa Indonesia bukan bangsa ‘kere’ yang hanya berpangku tangan menghadapi krisis BBM. Dalam rangka digelarnya United Nation Framework Conference on Climate Change (UNFCCC) 2007 di Bali, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memperkenalkan Blue Energy. Teknologi bahan bakar dari bahan dasar air ini adalah hasil penelitian belasan tahun seorang warga Nganjuk, Jawa Timur yang bernama Joko Suprapto.
Bahan bakan Blue Energy ini sendiri sudah diujicobakan ke berbagai kendaraan bermotor dengan hasil yang memuaskan dan tergolong efisien. Salah satu kendaraan uji coba itu adalah kendaraan rombongan staff khusus Presiden SBY, Heru Lelono. "Sekitar satu lima belas (1 liter dibanding 15 kilometer). Tadi kami mencatat, untuk menempuh 374,5 kilometer, hanya butuh 25 liter," tutur staf khusus Presiden bidang otonomi daerah itu.
Selain itu, Blue Energy juga sangat ramah lingkungan karena sedikit sekali menghasilkan emisi karbon yang bisa menimbulkan efek rumah kaca. "Sudah dicoba sendiri oleh Bapak Presiden. Beliau kemarin sempat duduk di belakang knalpot bus ini sambil menciumi asapnya. Paspampres (Pasukan Pengamanan Presiden) sempat kerepotan takut Presiden keracunan, tapi tidak. Coba saja," tantang Heru.
Menurut sang peneliti yang terilhami ayat-ayat Al Qur’an, Blue Energy dapat menghasilkan bahan bakar premium, solar, premix, hingga avtur. "Tinggal mengatur jumlah rangkaian karbonnya. Mau untuk mesin bensin, solar, sampai avtur ya sudah ada," kata ayah enam anak itu.
Yang menarik, bahan dasar air yang digunakan adalah air laut. "Kalau air tanah bisa menyedot ribuan atau jutaan meter kubik. Kasihan masyarakat, paling bagus nanti bahannya air laut," terang pria yang selalu menyembunyikan identitasnya, termasuk almamater tempatnya meraih gelar insinyur itu.
Sumber: www.jawapos.co.id
http://www.banggaindonesia.com/index.php?
option=com_content&task=view&id=76&Itemid=28
Bahan bakan Blue Energy ini sendiri sudah diujicobakan ke berbagai kendaraan bermotor dengan hasil yang memuaskan dan tergolong efisien. Salah satu kendaraan uji coba itu adalah kendaraan rombongan staff khusus Presiden SBY, Heru Lelono. "Sekitar satu lima belas (1 liter dibanding 15 kilometer). Tadi kami mencatat, untuk menempuh 374,5 kilometer, hanya butuh 25 liter," tutur staf khusus Presiden bidang otonomi daerah itu.
Selain itu, Blue Energy juga sangat ramah lingkungan karena sedikit sekali menghasilkan emisi karbon yang bisa menimbulkan efek rumah kaca. "Sudah dicoba sendiri oleh Bapak Presiden. Beliau kemarin sempat duduk di belakang knalpot bus ini sambil menciumi asapnya. Paspampres (Pasukan Pengamanan Presiden) sempat kerepotan takut Presiden keracunan, tapi tidak. Coba saja," tantang Heru.
Menurut sang peneliti yang terilhami ayat-ayat Al Qur’an, Blue Energy dapat menghasilkan bahan bakar premium, solar, premix, hingga avtur. "Tinggal mengatur jumlah rangkaian karbonnya. Mau untuk mesin bensin, solar, sampai avtur ya sudah ada," kata ayah enam anak itu.
Yang menarik, bahan dasar air yang digunakan adalah air laut. "Kalau air tanah bisa menyedot ribuan atau jutaan meter kubik. Kasihan masyarakat, paling bagus nanti bahannya air laut," terang pria yang selalu menyembunyikan identitasnya, termasuk almamater tempatnya meraih gelar insinyur itu.
Sumber: www.jawapos.co.id
http://www.banggaindonesia.com/index.php?
option=com_content&task=view&id=76&Itemid=28
Bahan Bakar Penemuan Joko Suprapto, Dikampanyekan Presiden SBY
Baru lalu, tim uji coba kendaraan sempat mampir di sebuah hotel di Nganjuk . Mereka dipimpin staf khusus Presiden SBY, Heru Lelono.
Rombongan itu dalam perjalanan dari Cikeas, Bogor menuju Nusa Dua, Bali, tempat digelarnya United Nation Framework Conference on Climate Change (UNFCCC) 2007.Mobil Mazda Six punya Patwal Mabes (Polri) yang bisa berkecepatan 240 kilometer per jam ini kami coba lari 180 kilometer per jam tanpa ada persoalan. Jadi, moga-moga apa yang kita uji coba ini benar-benar bermanfaat, ujar Heru begitu turun dari Ford Ranger B 9648 TJ.
Rombongan Heru tiba sekitar pukul 09.00. Mereka mengendarai lima unit kendaraan untuk menguji bahan bakar berbahan dasar air tersebut. Yakni, dua pikap double cabin Ford Ranger, satu sedan Mazda 6, satu bus, dan satu truk pengangkut blue energy.
Sebelumnya, rombongan dilepas oleh Presiden SBY, dari kediaman pribadinya di Cikeas, Bogor.Rombongan kendaraan berbahan bakar Blue Energy berangkat dari kediaman SBY di Puri Cikeas Indah hari Minggu (25/11) sore Blue energy itu dipamerkan kepada dunia dalam UNCFCCC atau Konferensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim di Nusa Dua, Bali.Kita ingin membuktikan kepada dunia internasional bahwa kita bukan bangsa kere yang terombang-ambing harga minyak dunia. Bangsa Indonesia bisa menemukan (bahan bakar, Red) sendiri, tandas Heru bangga.
Kepada puluhan wartawan yang sejak pagi menunggu kedatangan rombongan, Heru mengungkapkan bahwa bahan bakar hasil penelitian belasan tahun Joko itu sangat irit. Sekitar satu lima belas (1 liter dibanding 15 kilometer, Red). Tadi kami mencatat, untuk menempuh 374,5 kilometer, hanya butuh 25 liter, tutur staf khusus Presiden bidang otonomi daerah itu.Selain hemat dan mampu meningkatkan performa kendaraan, lanjut Heru, keunggulan bahan bakar tersebut adalah rendahnya emisi karbon yang dihasilkan. Ini sesuai dengan pesan UNFCCC yang digelar 3-14 Desember 2007.
Sudah dicoba sendiri oleh Bapak Presiden. Beliau kemarin sempat duduk di belakang knalpot bus ini sambil menciumi asapnya. Paspampres (pasukan pengamanan presiden) sempat kerepotan takut Presiden karacunan, tapi tidak. Coba saja, tantangnya.
Penasaran, Wakil Bupati Nganjuk Djaelani Ishaq yang kemarin ikut menyambut kedatangan rombongan langsung mencoba mencium asap dari moncong knalpot bus. Sama sekali tidak ada baunya, kata Djaelani.Ditemani Joko, Heru kemarin juga mengungkapkan bahwa untuk memakai blue energy, mesin tidak perlu dimodifikasi. Sama sekali tidak perlu ada modifikasi. Ini kami bawa mobil berlainan tahun, semua bisa pakai, tandasnya.
Bahkan, lanjut Heru, ada yang sebelumnya menggunakan solar dan di tengah jalan langsung diganti 100 persen dengan blue energy. "Mobilnya malah semakin tidak ada getaran, lanjutnya bangga.Sementara itu, Joko Suprapto yang selama ini terkesan misterius soal kedekatannya dengan SBY, kemarin mulai blak-blakan. Terutama soal aktivitasnya sebagai peneliti dan penemu blue energy. Dia bahkan sempat sedikit membeber teknologi yang mulai ditelitinya sejak 2001.
"Intinya adalah pemecahan molekul air menjadi H plus dan O2 min. Ada katalis dan proses-proses sampai menjadi bahan bakar dengan rangkaian karbon tertentu, terang peneliti yang mengaku banyak mengambil ide dari Alquran itu.Untuk mesin dengan bahan bakar premium, solar, premix, hingga avtur, Joko mengaku telah menyiapkan bahan bakar pengganti sesuai dengan mesinnya. Tinggal mengatur jumlah rangkaian karbonnya. Mau untuk mesin bensin, solar, sampai avtur ya sudah ada, lanjut Joko.
Yang menarik, bahan dasar air yang digunakan adalah air laut. Kalau air tanah bisa menyedot ribuan atau jutaan meter kubik. Kasihan masyarakat, paling bagus nanti bahannya air laut, terang pria Joko yang juga penggemar kesenian wayang kulit tersebut.
Bahan bakar murah yang ditemukan Joko Suprapto segera diproduksi masal. Setidaknya, warga Jakarta dan sekitarnya bisa segera menikmatinya pada April 2008.
Saat ini, tim pengembangan bio energy rendah emisi itu sedang menyiapkan insfrastruktur produksi dengan kapasitas 10 liter per detik. "Kami ingin secepatnya. Istilahnya, netesnya (sementara untuk) orang Jakarta itu April (2008), kata Heru Lelono, staf khusus Presiden SBY.
Kapasitas produksi itu, menurutnya, setara dengan produksi kilang minyak Pertamina sebesar 5.000 barrel per hari. Bahkan, kilang minyak Pertamina tidak ada yang memiliki kapasitas sebesar itu. Adapun lokasinya dipusatkan di Cikeas, Bogor. Peletakan batu pertama pembangunannya dilakukan SBY beberapa hari lalu.
Namun, lanjut Heru, tempat itu bukan dimaksudkan sebagai lokasi industri. Melainkan, lebih sebagai taman teknologi. Tujuannya, sebagai pusat pengembangan blue energy. Jadi, kalau ingin membuat kapasitas produksi yang lebih besar, kita melatih dulu operator-operatornya di tempat itu, lanjutnya.
Ke depan, kata Heru, bahan bakar blue energy itu akan sangat membantu bangsa Indonesia bangkit dari keterpurukan. Sebab, dapat menghemat pengeluaran negara akibat subsidi BBM yang mencapai ratusan triliun per tahun. Ini dengan asumsi harga minyak dunia mencapai USD 90 ribu per barrel.
Negara tidak harus mengeluarkan biaya lagi untuk subsidi. Paling tidak separonya, sekitar Rp 50 triliunlah," kata Heru sebelum kembali meneruskan perjalananya sekitar pukul 10.00.Sementara itu, Joko Suprapto mengungkapkan, blue energy bisa murah karena teknologi listrik yang murah pula. Yang utama harus ada listrik murah. Kalau tidak, sama saja. Sebab, energi untuk membuat blue energy ini sangat besar, ungkapnya.
Joko mengaku, saat ini bisa menghasilkan blue energy dengan harga sekitar Rp 3.000 per liter untuk setiap bahan bakar pengganti. Termasuk premium dan solar. Kalau minyak tanah sekitar dua ribuan tanpa subsidi, jelasnya.Harga itu jauh lebih murah dibanding dengan harga BBM saat ini. Yakni, Rp 4.500 per liter untuk bensin dan Rp 2.500 untuk minyak tanah. Padahal, harga tersebut sudah termasuk subsidi dari pemerintah.
Menurut Joko, beberapa bagian infrastruktur pembangunan taman teknologi di Cikeas itu disiapkan dari laboratoriumnya di Ngadiboyo, Rejoso. April 2008, produksinya ditargetkan bisa mencapai sepuluh liter per detik. Saat ini tengah dikerjakan. Kalau sudah siap nanti dibawa ke Jakarta, terang Joko.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, hari Senin (3/12) sore, menerima laporan Heru Lelono, Ketua Tim Blue Energy, tentang perkembangan percobaan bahan bakar non fosil yang dinamakan Blue Energy atau Minyak Indonesia Bersatu. Blue Energy atau Minyak Indonesia Bersatu adalah bahan bakar sintetik yang dibuat dari substitusi molekul Hidrogen dan Karbon tak jenuh. Proses pembuatannya sama dengan minyak fosil, namun dengan kadar emisi yang jauh lebih rendah.
"Sumber : Dikutip dari berbagai sumber."
Rombongan itu dalam perjalanan dari Cikeas, Bogor menuju Nusa Dua, Bali, tempat digelarnya United Nation Framework Conference on Climate Change (UNFCCC) 2007.Mobil Mazda Six punya Patwal Mabes (Polri) yang bisa berkecepatan 240 kilometer per jam ini kami coba lari 180 kilometer per jam tanpa ada persoalan. Jadi, moga-moga apa yang kita uji coba ini benar-benar bermanfaat, ujar Heru begitu turun dari Ford Ranger B 9648 TJ.
Rombongan Heru tiba sekitar pukul 09.00. Mereka mengendarai lima unit kendaraan untuk menguji bahan bakar berbahan dasar air tersebut. Yakni, dua pikap double cabin Ford Ranger, satu sedan Mazda 6, satu bus, dan satu truk pengangkut blue energy.
Sebelumnya, rombongan dilepas oleh Presiden SBY, dari kediaman pribadinya di Cikeas, Bogor.Rombongan kendaraan berbahan bakar Blue Energy berangkat dari kediaman SBY di Puri Cikeas Indah hari Minggu (25/11) sore Blue energy itu dipamerkan kepada dunia dalam UNCFCCC atau Konferensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim di Nusa Dua, Bali.Kita ingin membuktikan kepada dunia internasional bahwa kita bukan bangsa kere yang terombang-ambing harga minyak dunia. Bangsa Indonesia bisa menemukan (bahan bakar, Red) sendiri, tandas Heru bangga.
Kepada puluhan wartawan yang sejak pagi menunggu kedatangan rombongan, Heru mengungkapkan bahwa bahan bakar hasil penelitian belasan tahun Joko itu sangat irit. Sekitar satu lima belas (1 liter dibanding 15 kilometer, Red). Tadi kami mencatat, untuk menempuh 374,5 kilometer, hanya butuh 25 liter, tutur staf khusus Presiden bidang otonomi daerah itu.Selain hemat dan mampu meningkatkan performa kendaraan, lanjut Heru, keunggulan bahan bakar tersebut adalah rendahnya emisi karbon yang dihasilkan. Ini sesuai dengan pesan UNFCCC yang digelar 3-14 Desember 2007.
Sudah dicoba sendiri oleh Bapak Presiden. Beliau kemarin sempat duduk di belakang knalpot bus ini sambil menciumi asapnya. Paspampres (pasukan pengamanan presiden) sempat kerepotan takut Presiden karacunan, tapi tidak. Coba saja, tantangnya.
Penasaran, Wakil Bupati Nganjuk Djaelani Ishaq yang kemarin ikut menyambut kedatangan rombongan langsung mencoba mencium asap dari moncong knalpot bus. Sama sekali tidak ada baunya, kata Djaelani.Ditemani Joko, Heru kemarin juga mengungkapkan bahwa untuk memakai blue energy, mesin tidak perlu dimodifikasi. Sama sekali tidak perlu ada modifikasi. Ini kami bawa mobil berlainan tahun, semua bisa pakai, tandasnya.
Bahkan, lanjut Heru, ada yang sebelumnya menggunakan solar dan di tengah jalan langsung diganti 100 persen dengan blue energy. "Mobilnya malah semakin tidak ada getaran, lanjutnya bangga.Sementara itu, Joko Suprapto yang selama ini terkesan misterius soal kedekatannya dengan SBY, kemarin mulai blak-blakan. Terutama soal aktivitasnya sebagai peneliti dan penemu blue energy. Dia bahkan sempat sedikit membeber teknologi yang mulai ditelitinya sejak 2001.
"Intinya adalah pemecahan molekul air menjadi H plus dan O2 min. Ada katalis dan proses-proses sampai menjadi bahan bakar dengan rangkaian karbon tertentu, terang peneliti yang mengaku banyak mengambil ide dari Alquran itu.Untuk mesin dengan bahan bakar premium, solar, premix, hingga avtur, Joko mengaku telah menyiapkan bahan bakar pengganti sesuai dengan mesinnya. Tinggal mengatur jumlah rangkaian karbonnya. Mau untuk mesin bensin, solar, sampai avtur ya sudah ada, lanjut Joko.
Yang menarik, bahan dasar air yang digunakan adalah air laut. Kalau air tanah bisa menyedot ribuan atau jutaan meter kubik. Kasihan masyarakat, paling bagus nanti bahannya air laut, terang pria Joko yang juga penggemar kesenian wayang kulit tersebut.
Bahan bakar murah yang ditemukan Joko Suprapto segera diproduksi masal. Setidaknya, warga Jakarta dan sekitarnya bisa segera menikmatinya pada April 2008.
Saat ini, tim pengembangan bio energy rendah emisi itu sedang menyiapkan insfrastruktur produksi dengan kapasitas 10 liter per detik. "Kami ingin secepatnya. Istilahnya, netesnya (sementara untuk) orang Jakarta itu April (2008), kata Heru Lelono, staf khusus Presiden SBY.
Kapasitas produksi itu, menurutnya, setara dengan produksi kilang minyak Pertamina sebesar 5.000 barrel per hari. Bahkan, kilang minyak Pertamina tidak ada yang memiliki kapasitas sebesar itu. Adapun lokasinya dipusatkan di Cikeas, Bogor. Peletakan batu pertama pembangunannya dilakukan SBY beberapa hari lalu.
Namun, lanjut Heru, tempat itu bukan dimaksudkan sebagai lokasi industri. Melainkan, lebih sebagai taman teknologi. Tujuannya, sebagai pusat pengembangan blue energy. Jadi, kalau ingin membuat kapasitas produksi yang lebih besar, kita melatih dulu operator-operatornya di tempat itu, lanjutnya.
Ke depan, kata Heru, bahan bakar blue energy itu akan sangat membantu bangsa Indonesia bangkit dari keterpurukan. Sebab, dapat menghemat pengeluaran negara akibat subsidi BBM yang mencapai ratusan triliun per tahun. Ini dengan asumsi harga minyak dunia mencapai USD 90 ribu per barrel.
Negara tidak harus mengeluarkan biaya lagi untuk subsidi. Paling tidak separonya, sekitar Rp 50 triliunlah," kata Heru sebelum kembali meneruskan perjalananya sekitar pukul 10.00.Sementara itu, Joko Suprapto mengungkapkan, blue energy bisa murah karena teknologi listrik yang murah pula. Yang utama harus ada listrik murah. Kalau tidak, sama saja. Sebab, energi untuk membuat blue energy ini sangat besar, ungkapnya.
Joko mengaku, saat ini bisa menghasilkan blue energy dengan harga sekitar Rp 3.000 per liter untuk setiap bahan bakar pengganti. Termasuk premium dan solar. Kalau minyak tanah sekitar dua ribuan tanpa subsidi, jelasnya.Harga itu jauh lebih murah dibanding dengan harga BBM saat ini. Yakni, Rp 4.500 per liter untuk bensin dan Rp 2.500 untuk minyak tanah. Padahal, harga tersebut sudah termasuk subsidi dari pemerintah.
Menurut Joko, beberapa bagian infrastruktur pembangunan taman teknologi di Cikeas itu disiapkan dari laboratoriumnya di Ngadiboyo, Rejoso. April 2008, produksinya ditargetkan bisa mencapai sepuluh liter per detik. Saat ini tengah dikerjakan. Kalau sudah siap nanti dibawa ke Jakarta, terang Joko.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, hari Senin (3/12) sore, menerima laporan Heru Lelono, Ketua Tim Blue Energy, tentang perkembangan percobaan bahan bakar non fosil yang dinamakan Blue Energy atau Minyak Indonesia Bersatu. Blue Energy atau Minyak Indonesia Bersatu adalah bahan bakar sintetik yang dibuat dari substitusi molekul Hidrogen dan Karbon tak jenuh. Proses pembuatannya sama dengan minyak fosil, namun dengan kadar emisi yang jauh lebih rendah.
"Sumber : Dikutip dari berbagai sumber."
Blue Energy : Mungkinkah jadi Pengganti BBM ?
Beberapa waktu yang lalu Indonesia dan Dunia Internasional dihebohkan dengan sebuah penemuan penting abad ini oleh Joko Suprapto, seorang anak bangsa dari Nganjuk, Jawa Timur, yaitu ditemukannya metode pemrosesan air laut menjadi Blue Energy pengganti BBM yang harganya terus melambung tinggi.
Blue Energy atau Minyak Indonesia Bersatu adalah bahan bakar sintetik yang dibuat dari substitusi molekul Hidrogen dan Karbon tak jenuh. Proses pembuatannya sama dengan minyak fosil, namun dengan kadar emisi yang jauh lebih rendah.
Masyarakat Internasional yang sedang mengikuti Konferensi United Nation Framework Conference on Climate Change (UNFCCC) 2007 di Nusa Dua, Bali, Indonesia, sempat pula dibuat tercengang atas kehadiran 5 mobil berbahan bakar Blue Energy ini sempat pula dipamerkan di tempat Pameran forum UNFCCC 2007 itu.
Prinsipnya :
Pemisahan H plus dan O2 min dengan bantuan katalis-katalis dan proses tertentu sampai menjadi bahan bakar dengan jumlah ikatan karbon tertentu. bahan dasarnya air laut atau air tanah.
kita bisa bangga dengan kehadiran bahan bakar baru ini(karena dari Indonesia), mungkin ga ya jadi pengganti BBM?
http://fpmipa.upi.edu/kuliah/mod/
forum/discuss.php?d=2356
Blue Energy atau Minyak Indonesia Bersatu adalah bahan bakar sintetik yang dibuat dari substitusi molekul Hidrogen dan Karbon tak jenuh. Proses pembuatannya sama dengan minyak fosil, namun dengan kadar emisi yang jauh lebih rendah.
Masyarakat Internasional yang sedang mengikuti Konferensi United Nation Framework Conference on Climate Change (UNFCCC) 2007 di Nusa Dua, Bali, Indonesia, sempat pula dibuat tercengang atas kehadiran 5 mobil berbahan bakar Blue Energy ini sempat pula dipamerkan di tempat Pameran forum UNFCCC 2007 itu.
Prinsipnya :
Pemisahan H plus dan O2 min dengan bantuan katalis-katalis dan proses tertentu sampai menjadi bahan bakar dengan jumlah ikatan karbon tertentu. bahan dasarnya air laut atau air tanah.
kita bisa bangga dengan kehadiran bahan bakar baru ini(karena dari Indonesia), mungkin ga ya jadi pengganti BBM?
http://fpmipa.upi.edu/kuliah/mod/
forum/discuss.php?d=2356
Lindungi Penemu Energi Alternatif - Di Balik Hilangnya Penemu Blue Energy
INILAH.COM, Jakarta – Joko Suprapto, penemu blue energy, hilang entah kemana. Bukan tak mungkin, insinyur muda itu diculik. Pemerintah diminta untuk menjamin dan melindungi para ahli penemu energi alternatif.
Penemuan energi alternatif berupa blue energy telah mengejutkan banyak pihak. Juga, penemuan ‘Banyugeni’. Joko, penemu blue energy menghilang sejak 7 Mei 2008 dan hingga detik ini keberadaannya belum diketahui. Adakah ini semua berkaitan dengan penemuan energi alternatif itu?
Kabar itu memang miris. Joko, lulusan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada dilaporkan hilang diculik. Informasi yang beredar luas, pria asal Ngadiboyo, Rejoso, Nganjuk, Jatim, ini hilang setelah pada 7 Mei 2008 lalu dalam perjalanan ke Jakarta melalui Bandara Juanda, Surabaya.
Meski belum jelas dia hilang karena diculik atau sebab lain, ada kemungkinan raibnya Joko terkait teknologi temuannya itu. Jangan-jangan, kelak penemu energi Banyugeni juga bisa mengalami nasib yang sama.
''Karena itu, pemerintahan SBY-JK harus melindungi dan menjamin kehidupan maupun keselamatan para ahli energi alternatif itu. Ini demi kepentingan nasional dan bangsa kita sendiri,'' kata Taufik Rahzen, seorang pengamat kebudayaan.
Temuan Joko sudah diterapkan dalam ekspedisi Jakarta-Bali menjelang United Nation Framework Conference on Climate Change (UNFCCC), Desember 2007 di Bali. Mobil yang digunakan uji coba dalam ekspedisi saat itu adalah 2 Ford Ranger 2500 cc, 1 Isuzu Panther Diesel 2500 cc, 1 Mazda Familia 1800 cc, dan 1 bus Mitsubishi 4000 cc.
Ekspedisi ini diberangkatkan Presiden SBY dari kediaman pribadinya di Puri Cikeas Indah pada 26 November 2007. Kendaraan tersebut sukses tiba di Bali pada 3 Desember 2007.
Temuan Joko rencananya akan diproduksi massal dengan kapasitas produksi 10 liter per detik atau setara dengan 5 ribu barel per hari. Tempat produksi juga dipusatkan di Cikeas, Bogor, yang peletakan batu pertamanya juga dilakukan Presiden SBY.
Sementara itu, penemuan blue energy atau bahan bakar air oleh Joko ternyata bukanlah satu-satunya. Ada juga bahan bakar air yang ditemukan dan dikembangkan oleh Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), yang diberi nama Banyugeni. Blue energy dan Banyugeni seharusnya bisa menjadi bahan bakar alternatif.
Banyugeni atau hidro-kerosin ini dikembangkan oleh tim peneliti dari Pusat Studi Pengembangan Energi Regional (Pusper) UMY. Tim yang terlibat penelitian sejak tahun 2007 adalah Drs Purwanto (konsultan ahli), Ir Bledug Kusuma Prasadja MT, Ir Tony Haryadi MT, Ir Lilik Utari MS, dan Dra Nike Triwahyuningsih.
Bahan bakar air (hydrofuel) ini, menurut Rektor UMY, Dr Khoiruddin Bashori, sudah dipatenkan dan sudah didaftarkan di kantor Ditjen HAKI Depkum dan HAM dengan nomor 00.2008.004866 bernama BanyugeniTM. Sedang teknologinya saat ini masih dalam proses paten.
Peluncuran produk hidro kerosin pertama kali dilakukan pada 13 Februari 2008 di Kampus Terpadu UMY di Tamantirto, Kasihan Bantul. Waktu itu, rektor bersama Bupati Bantul Idham Samawi menyalakan kompor dan lampu minyak dengan Banyugeni. Hasilnya kedua alat itu bisa menyala seperti saat dinyalakan dengan minyak tanah.
Selain kompor dan lampu teplok, uji coba bahan bakar baru itu dilakukan dengan mesin traktor, sepeda motor, dan pesawat aeromodeling. Untuk pesawat ultra ringan diujicobakan pada pesawat tipe Jora Rotax 582 di LPLP Solo pada
tanggal 11 Februari. Semua alat yang diisi hidro-kerosin bisa menyala dengan baik.
Hasil penemuan tim UMY ini sudah diminati banyak perusahaan. Mereka menawarkan kerjasama dengan bantuan modal yang sangat besar. Namun sampai sekarang, UMY belum bersedia dengan alasan masih perlu pengembangan yang lebih baik, sehingga bisa maksimal.
Hasil itu juga sudah diuji di sebuah laboratorium internasional, yakni PT CoreLab Indonesia. Hasilnya secara meyakinkan menunjukkan bahwa biofuel tersebut telah memenuhi standar bahan bakar BP Migas.
Banyugeni mempunyai varian produk berupa hidro-kerosin (setara dengan minyak tanah), hidro-diesel (setara solar), hidro-premium (setara bensin), dan hidro-avtur (setara bahan bakar jet). [I4]
http://inilah.com/berita.php?id=29705
Penemuan energi alternatif berupa blue energy telah mengejutkan banyak pihak. Juga, penemuan ‘Banyugeni’. Joko, penemu blue energy menghilang sejak 7 Mei 2008 dan hingga detik ini keberadaannya belum diketahui. Adakah ini semua berkaitan dengan penemuan energi alternatif itu?
Kabar itu memang miris. Joko, lulusan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada dilaporkan hilang diculik. Informasi yang beredar luas, pria asal Ngadiboyo, Rejoso, Nganjuk, Jatim, ini hilang setelah pada 7 Mei 2008 lalu dalam perjalanan ke Jakarta melalui Bandara Juanda, Surabaya.
Meski belum jelas dia hilang karena diculik atau sebab lain, ada kemungkinan raibnya Joko terkait teknologi temuannya itu. Jangan-jangan, kelak penemu energi Banyugeni juga bisa mengalami nasib yang sama.
''Karena itu, pemerintahan SBY-JK harus melindungi dan menjamin kehidupan maupun keselamatan para ahli energi alternatif itu. Ini demi kepentingan nasional dan bangsa kita sendiri,'' kata Taufik Rahzen, seorang pengamat kebudayaan.
Temuan Joko sudah diterapkan dalam ekspedisi Jakarta-Bali menjelang United Nation Framework Conference on Climate Change (UNFCCC), Desember 2007 di Bali. Mobil yang digunakan uji coba dalam ekspedisi saat itu adalah 2 Ford Ranger 2500 cc, 1 Isuzu Panther Diesel 2500 cc, 1 Mazda Familia 1800 cc, dan 1 bus Mitsubishi 4000 cc.
Ekspedisi ini diberangkatkan Presiden SBY dari kediaman pribadinya di Puri Cikeas Indah pada 26 November 2007. Kendaraan tersebut sukses tiba di Bali pada 3 Desember 2007.
Temuan Joko rencananya akan diproduksi massal dengan kapasitas produksi 10 liter per detik atau setara dengan 5 ribu barel per hari. Tempat produksi juga dipusatkan di Cikeas, Bogor, yang peletakan batu pertamanya juga dilakukan Presiden SBY.
Sementara itu, penemuan blue energy atau bahan bakar air oleh Joko ternyata bukanlah satu-satunya. Ada juga bahan bakar air yang ditemukan dan dikembangkan oleh Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), yang diberi nama Banyugeni. Blue energy dan Banyugeni seharusnya bisa menjadi bahan bakar alternatif.
Banyugeni atau hidro-kerosin ini dikembangkan oleh tim peneliti dari Pusat Studi Pengembangan Energi Regional (Pusper) UMY. Tim yang terlibat penelitian sejak tahun 2007 adalah Drs Purwanto (konsultan ahli), Ir Bledug Kusuma Prasadja MT, Ir Tony Haryadi MT, Ir Lilik Utari MS, dan Dra Nike Triwahyuningsih.
Bahan bakar air (hydrofuel) ini, menurut Rektor UMY, Dr Khoiruddin Bashori, sudah dipatenkan dan sudah didaftarkan di kantor Ditjen HAKI Depkum dan HAM dengan nomor 00.2008.004866 bernama BanyugeniTM. Sedang teknologinya saat ini masih dalam proses paten.
Peluncuran produk hidro kerosin pertama kali dilakukan pada 13 Februari 2008 di Kampus Terpadu UMY di Tamantirto, Kasihan Bantul. Waktu itu, rektor bersama Bupati Bantul Idham Samawi menyalakan kompor dan lampu minyak dengan Banyugeni. Hasilnya kedua alat itu bisa menyala seperti saat dinyalakan dengan minyak tanah.
Selain kompor dan lampu teplok, uji coba bahan bakar baru itu dilakukan dengan mesin traktor, sepeda motor, dan pesawat aeromodeling. Untuk pesawat ultra ringan diujicobakan pada pesawat tipe Jora Rotax 582 di LPLP Solo pada
tanggal 11 Februari. Semua alat yang diisi hidro-kerosin bisa menyala dengan baik.
Hasil penemuan tim UMY ini sudah diminati banyak perusahaan. Mereka menawarkan kerjasama dengan bantuan modal yang sangat besar. Namun sampai sekarang, UMY belum bersedia dengan alasan masih perlu pengembangan yang lebih baik, sehingga bisa maksimal.
Hasil itu juga sudah diuji di sebuah laboratorium internasional, yakni PT CoreLab Indonesia. Hasilnya secara meyakinkan menunjukkan bahwa biofuel tersebut telah memenuhi standar bahan bakar BP Migas.
Banyugeni mempunyai varian produk berupa hidro-kerosin (setara dengan minyak tanah), hidro-diesel (setara solar), hidro-premium (setara bensin), dan hidro-avtur (setara bahan bakar jet). [I4]
http://inilah.com/berita.php?id=29705
Apa Kabar Blue Energy Made in Indonesia
DI resepsi pernikahan seorang teman, awal Januari lalu, saya bertemu Heru Lelono, pendiri Gerakan Indonesia Bersatu (GIB) yang kini juga bertugas sebagai staf khusus Presiden SBY untuk urusan otonomi daerah.
Terakhir saya bertemu Heru di kantornya, di kawasan Kebayoran Baru, beberapa bulan sebelum saya meninggalkan Jakarta. Saat itu saya datang menitipkan surat untuk SBY dalam kapasitas SBY sebagai ketua Dewan Pembina Partai Demokrat.
Surat itu saya kirim karena seorang pengurus pusat Partai Demokrat mengancam akan “membantai” seorang wartawan myRMnews. Dalam ancaman yang disampaikan lewat telepon, si pesohor ini mengatakan akan memotong leher wartawan kami, membunuhnya tanpa mengeluarkan darah sedikitpun.
Ancaman serupa juga disampaikan si pengurus pusat Partai Demokrat itu kepada jurnalis dari media lain.
Si pesohor dari Partai Demokrat ini marah. Sebabnya, salah seorang anggota DPR, juga dari Partai Demokrat, mengkritik dirinya karena membawa-bawa nama partai mereka untuk urusan pribadi.
Si anggota DPR dari Partai Demokrat itu, yang juga seorang pesohor, khawatir manuver temannya ini akan membuat nama partai mereka tercoreng. Bisa jadi publik menilai, Partai Demokrat berada di balik—atau setidaknya menikmati—kasus yang sedang menimpa salah seorang petinggi partai tetangga.
Nah, ketika wartawan myRMnews mencoba untuk menanyakan kembali kepada dirinya, apakah ia menerima atau tidak permintaan itu, si pengurus pusat Partai Demokrat itu marah-marah dan mengeluarkan ancaman seperti yang sudah dituliskan di atas tadi.
Saya menulis surat kepada Ketua Umum Partai Demokrat Hadi Utomo. Saya berharap pimpinan Partai Demokrat mau menegur anggotanya. Surat yang sama juga saya tembuskan kepada SBY. Selain karena SBY adalah ketua Dewan Penasihat partai itu, juga karena si pengurus pusat Partai Demokrat yang berulah ini sering memberi kesan—bahkan menyampaikan pengakuan—bahwa dirinya punya hubungan dekat dengan SBY.
That’s it. Tetapi bukan itu yang mau saya ceritakan.
Kembali kepada pertemuan dengan Heru Lelono. Tersenyum ia menjabat tangan saya. “Lho kok di Jakarta, Mas? Sudah selesai kuliahnya,” kata Heru.
“Belum Mas. Ini lagi libur,” jawab saya.
Lalu kami ngobrol ngalor ngidul kesana kemari, sampai saya teringat satu hal yang ingin saya tanyakan sejak beberapa waktu lalu: blue energy made in Indonesia.
“Mas, bagaimana cerita bahan bakar dari air itu? Seru betul kelihatannya. Benar gak sih?” saya bertanya lugu.
“Betul itu Mas. Memang orang kalau belum lihat, sulit percaya. Tetapi itu betul. Saya sudah lihat sendiri, dan mencoba sendiri. Mobil saya sekarang ini pakai bahan bakar itu,” begitu kira-kira jawabnya.
“Benar Mas, Presiden juga sudah menguji asap knalpot sambil jongkok?” saya tanya lagi.
“Benar. Makanya Presiden juga percaya, dan di-endorse di Konferensi Climate Change di Bali,” jawab Heru.
“Tapi kok sepi lagi, Mas, ceritanya. Kenapa gak diteruskan kampanyenya, supaya publik tahu kalau di jaman sulit begini ada alternatif energi yang ramah lingkungan, dan kita bisa beralih menggunakannya?” saya semakin tertarik. Maklum, gini-gini saya peduli juga dengan keberlangsungan hidup semua makhluk di atas muka bumi.
“Kalau itu nanti Mas. Sedang kami sempurnakan. Tunggu saja bulan April nanti,” jawab Heru.
Sebuah mobil berbadan besar yang masih gres datang. Itu mobil Heru. “Nah, mobil saya ini yang sekarang memakai bahan bakar itu,” ujar Heru yakin.
Heru tak bisa berlama-lama karena harus menghadiri resepsi pernikahan berikutnya. Setelah kami berjabat tangan, dia berjalan ke arah mobil berwarna biru tua itu.
Wah, bakal dahsyat nih Indonesia. Pikir saya.
Akhir bulan November 2007 Heru Lelono bikin berita. Dia memfasilitasi seorang penemu bahan bakar ramah lingkungan asal Nganjuk, Jawa Timur, Joko Suprapto. Menjelang penyelenggaraan the UN Framework Conference on Climate Change di Bali, Heru Lelono dan timnya menguji bahan bakar temuan Joko. Mereka konvoi dari kediamaan SBY di Cikeas, Bogor, menuju Nusa Dua, Bali, tempat konferensi digelar pertengahan Desember.
“Luar biasa. Ini mobil Mazda Six punya Patwal Mabes (Polri) yang bisa berkecepatan 240 kilometer per jam ini kami coba lari 180 kilometer per jam tanpa ada persoalan. Jadi, moga-moga apa yang kita uji coba ini benar-benar bermanfaat. Insya Allah,” ujar Heru seperti dikutip Jawa Pos, begitu turun dari Ford Ranger B 9648 TJ.
Ketika itu Heru dan timnya telah tiba di Nganjuk, kampung halaman Joko, si penemu blue energy.
Bahan bakar dari air hasil penelitian Joko selama belasan tahun itu, menurut Heru, sangat irit. Satu liter dapat digunakan untuk 15 kilometer. Mesin kendaraan juga sama sekali tidak perlu dimodifikasi.
“Sudah dicoba sendiri oleh Bapak Presiden. Beliau kemarin sempat duduk di belakang knalpot bus ini sambil menciumi asapnya. Paspampres (pasukan pengamanan presiden) sempat kerepotan takut Presiden karacunan, tapi tidak. Coba saja,” ujar Heru lagi.
Jawa Pos melaporkan, Wakil Bupati Nganjuk Djaelani Ishaq yang ikut menyambut rombongan Heru, memberanikan diri mencium asap yang keluar dari knalpot bus yang membawa rombongan. Sambil berkali-kali menggelengkan kepala, Djaelani berkata, “Sama sekali tidak ada baunya.”
Adapun Joko dalam keterangannya mengatakan, prinsip kerja bahan bakar temuannya ini diperoleh dengan mengurai molekul air, yakni hidrogen dan oksigen. Tetapi tentu saja, ada katalis dan proses kimia lain yang dilakukan sampai tercipta bahan bakar dengan rangkaian karbon tertentu. Dan hasilnya, tingkat emisi bahan bakar ini sangat rendah. Joko juga mengatakan dirinya terinspirasi oleh ayat-ayat Al Quran.
Pada bagian akhir, Joko pun mengatakan, bahan bakar buatannya ini menggunakan air laut. Sebenarnya dari air tanah pun bisa. Tetapi kasihan masyarakat kalau ribuan atau mungkin jutaan kubik air tanah digunakan untuk keperluan bahan bakar ini.
Setelah SBY mempromosikan bahan bakar temuan Joko itu di arena Konferensi, sementara kalangan meragukan bahwa bahan yang digunakan adalah plain water.
Reuters, misalnya, menulis bahwa bahan dasar untuk membuat bahan bakar ini diperoleh dari cairan yang dipompa dari kedalaman perut bumi. Cairan ini tentu saja memiliki unsur hidrogen. “But it’s clearly not plain water.”
http://teguhtimur.com/2008/02/10/
apaka-kabar-blue-energy-made-in-indonesia/
Terakhir saya bertemu Heru di kantornya, di kawasan Kebayoran Baru, beberapa bulan sebelum saya meninggalkan Jakarta. Saat itu saya datang menitipkan surat untuk SBY dalam kapasitas SBY sebagai ketua Dewan Pembina Partai Demokrat.
Surat itu saya kirim karena seorang pengurus pusat Partai Demokrat mengancam akan “membantai” seorang wartawan myRMnews. Dalam ancaman yang disampaikan lewat telepon, si pesohor ini mengatakan akan memotong leher wartawan kami, membunuhnya tanpa mengeluarkan darah sedikitpun.
Ancaman serupa juga disampaikan si pengurus pusat Partai Demokrat itu kepada jurnalis dari media lain.
Si pesohor dari Partai Demokrat ini marah. Sebabnya, salah seorang anggota DPR, juga dari Partai Demokrat, mengkritik dirinya karena membawa-bawa nama partai mereka untuk urusan pribadi.
Si anggota DPR dari Partai Demokrat itu, yang juga seorang pesohor, khawatir manuver temannya ini akan membuat nama partai mereka tercoreng. Bisa jadi publik menilai, Partai Demokrat berada di balik—atau setidaknya menikmati—kasus yang sedang menimpa salah seorang petinggi partai tetangga.
Nah, ketika wartawan myRMnews mencoba untuk menanyakan kembali kepada dirinya, apakah ia menerima atau tidak permintaan itu, si pengurus pusat Partai Demokrat itu marah-marah dan mengeluarkan ancaman seperti yang sudah dituliskan di atas tadi.
Saya menulis surat kepada Ketua Umum Partai Demokrat Hadi Utomo. Saya berharap pimpinan Partai Demokrat mau menegur anggotanya. Surat yang sama juga saya tembuskan kepada SBY. Selain karena SBY adalah ketua Dewan Penasihat partai itu, juga karena si pengurus pusat Partai Demokrat yang berulah ini sering memberi kesan—bahkan menyampaikan pengakuan—bahwa dirinya punya hubungan dekat dengan SBY.
That’s it. Tetapi bukan itu yang mau saya ceritakan.
Kembali kepada pertemuan dengan Heru Lelono. Tersenyum ia menjabat tangan saya. “Lho kok di Jakarta, Mas? Sudah selesai kuliahnya,” kata Heru.
“Belum Mas. Ini lagi libur,” jawab saya.
Lalu kami ngobrol ngalor ngidul kesana kemari, sampai saya teringat satu hal yang ingin saya tanyakan sejak beberapa waktu lalu: blue energy made in Indonesia.
“Mas, bagaimana cerita bahan bakar dari air itu? Seru betul kelihatannya. Benar gak sih?” saya bertanya lugu.
“Betul itu Mas. Memang orang kalau belum lihat, sulit percaya. Tetapi itu betul. Saya sudah lihat sendiri, dan mencoba sendiri. Mobil saya sekarang ini pakai bahan bakar itu,” begitu kira-kira jawabnya.
“Benar Mas, Presiden juga sudah menguji asap knalpot sambil jongkok?” saya tanya lagi.
“Benar. Makanya Presiden juga percaya, dan di-endorse di Konferensi Climate Change di Bali,” jawab Heru.
“Tapi kok sepi lagi, Mas, ceritanya. Kenapa gak diteruskan kampanyenya, supaya publik tahu kalau di jaman sulit begini ada alternatif energi yang ramah lingkungan, dan kita bisa beralih menggunakannya?” saya semakin tertarik. Maklum, gini-gini saya peduli juga dengan keberlangsungan hidup semua makhluk di atas muka bumi.
“Kalau itu nanti Mas. Sedang kami sempurnakan. Tunggu saja bulan April nanti,” jawab Heru.
Sebuah mobil berbadan besar yang masih gres datang. Itu mobil Heru. “Nah, mobil saya ini yang sekarang memakai bahan bakar itu,” ujar Heru yakin.
Heru tak bisa berlama-lama karena harus menghadiri resepsi pernikahan berikutnya. Setelah kami berjabat tangan, dia berjalan ke arah mobil berwarna biru tua itu.
Wah, bakal dahsyat nih Indonesia. Pikir saya.
Akhir bulan November 2007 Heru Lelono bikin berita. Dia memfasilitasi seorang penemu bahan bakar ramah lingkungan asal Nganjuk, Jawa Timur, Joko Suprapto. Menjelang penyelenggaraan the UN Framework Conference on Climate Change di Bali, Heru Lelono dan timnya menguji bahan bakar temuan Joko. Mereka konvoi dari kediamaan SBY di Cikeas, Bogor, menuju Nusa Dua, Bali, tempat konferensi digelar pertengahan Desember.
“Luar biasa. Ini mobil Mazda Six punya Patwal Mabes (Polri) yang bisa berkecepatan 240 kilometer per jam ini kami coba lari 180 kilometer per jam tanpa ada persoalan. Jadi, moga-moga apa yang kita uji coba ini benar-benar bermanfaat. Insya Allah,” ujar Heru seperti dikutip Jawa Pos, begitu turun dari Ford Ranger B 9648 TJ.
Ketika itu Heru dan timnya telah tiba di Nganjuk, kampung halaman Joko, si penemu blue energy.
Bahan bakar dari air hasil penelitian Joko selama belasan tahun itu, menurut Heru, sangat irit. Satu liter dapat digunakan untuk 15 kilometer. Mesin kendaraan juga sama sekali tidak perlu dimodifikasi.
“Sudah dicoba sendiri oleh Bapak Presiden. Beliau kemarin sempat duduk di belakang knalpot bus ini sambil menciumi asapnya. Paspampres (pasukan pengamanan presiden) sempat kerepotan takut Presiden karacunan, tapi tidak. Coba saja,” ujar Heru lagi.
Jawa Pos melaporkan, Wakil Bupati Nganjuk Djaelani Ishaq yang ikut menyambut rombongan Heru, memberanikan diri mencium asap yang keluar dari knalpot bus yang membawa rombongan. Sambil berkali-kali menggelengkan kepala, Djaelani berkata, “Sama sekali tidak ada baunya.”
Adapun Joko dalam keterangannya mengatakan, prinsip kerja bahan bakar temuannya ini diperoleh dengan mengurai molekul air, yakni hidrogen dan oksigen. Tetapi tentu saja, ada katalis dan proses kimia lain yang dilakukan sampai tercipta bahan bakar dengan rangkaian karbon tertentu. Dan hasilnya, tingkat emisi bahan bakar ini sangat rendah. Joko juga mengatakan dirinya terinspirasi oleh ayat-ayat Al Quran.
Pada bagian akhir, Joko pun mengatakan, bahan bakar buatannya ini menggunakan air laut. Sebenarnya dari air tanah pun bisa. Tetapi kasihan masyarakat kalau ribuan atau mungkin jutaan kubik air tanah digunakan untuk keperluan bahan bakar ini.
Setelah SBY mempromosikan bahan bakar temuan Joko itu di arena Konferensi, sementara kalangan meragukan bahwa bahan yang digunakan adalah plain water.
Reuters, misalnya, menulis bahwa bahan dasar untuk membuat bahan bakar ini diperoleh dari cairan yang dipompa dari kedalaman perut bumi. Cairan ini tentu saja memiliki unsur hidrogen. “But it’s clearly not plain water.”
http://teguhtimur.com/2008/02/10/
apaka-kabar-blue-energy-made-in-indonesia/
Penemu Blue Energy Tidak Diculik

Liputan6.com, Nganjuk: Teka-teki hilangnya penemu blue energy, Djoko Suprapto, asal Nganjuk, Jawa Timur, mulai terkuak. Dalam surat yang dikirim melalui orang dekatnya, Djoko Suprapto menyatakan dirinya berada di rumahnya di Desa Ngadiboyo, Kecamatan Rejoso, Nganjuk. Lewat sepucuk surat itu pula, Djoko sekaligus menepis isu bahwa dirinya diculik.
Warga Nganjuk ini dikabarkan menghilang terkait penemuannya yang tergolong visioner. Dengan memanfaatkan unsur air laut, blue energy bisa menggantikan premium dan solar yang harganya akan segera dinaikkan pemerintah. Adapun dalam suratnya, Djoko mengirim kabar bahwa dirinya telah dirawat sehingga belum dapat ditemui.
Sejak diisukan hilang, rumah Djoko mendapat penjagaan ketat dari para pengawalnya. Wartawan pun tak boleh mendekati area rumah yang menjadi sebuah stasiun radio milik Djoko. Namun, Kepala Polri Jenderal Polisi Sutanto mengimbau masyarakat tak mudah teperdaya isu tersebut.
Penemuan Djoko telah diapresiasi pemerintah. Pada November silam, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengundang Djoko ke kediamannya di Puri Cikeas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, untuk menjelaskan blue energy tersebut. Presiden bahkan menjuluki temuan Djoko sebagai "Minyak Indonesia Bersatu". Blue energy kemudian diujikan pada kendaraan yang berkonvoi dari Jakarta ke Bali, guna berpartisipasi dalam pameran di ajang Konferensi Perubahan Iklim.
http://www.liputan6.com/daerah/?id=159821
Blue Energy Nama Pemberian SBY
Hermawan Network - Jakarta, Minyak Indonesia bersatu. Itulah salah pilihan satu nama bahan bakar yang ramah lingkungan dan emisinya rendah. Namun kemudian, Presiden SBY memberinya nama blue energy.
Joko Suprapto yang dikabarkan sebagai penemu blue energy berjanji akan menemui Presiden SBY pada Hari Kebangkitan Nasional 2008. Sebelumnya, Joko dikabarkan raib. Namun dia kemudian muncul kembali di tengah keluarganya di Nganjuk, Jawa Timur, pada Jumat lalu.
Heru Lelono yang merupakan ketua tim blue energy pada saat pameran di Cikeas beberapa waktu lalu angkat bicara soal Joko.
Perkenalan Heru Lelono dengan Joko Suprapto dimulai pada awal 2007 karena Joko menciptakan pembangkit tenaga listrik alternatif. Waktu itu Heru dan kawan-kawannya dari organisasi masyarakat Gerakan Indonesia Bersatu sepakat membangun lembaga penelitian yang dinamakan Center for Food Energy and Water Studies (CFEWS).
Gagasannya adalah melakukan penelitian, mendorong dan mengembangkan inovasi dari para inovator yang sangat banyak di negeri ini dalam bidang pangan dan energi. Tujuan dapat dimasyaratkan bagi rakyat luas.
Menurut Heru pada saat itu Joko mengatakan berhasil membuat base fuel atau minyak dasar pembuat bahan bakar berbahan baku hydrogen yang diambil dari air namun kemudian dikembangkan oleh tim.
"Pengembangan pembuatan bahan bakar itu tidak dilakukan oleh Joko sendiri namun dikerjakan oleh tim kita secara bersama," kata Heru Lelono di PIM 2 Jakarta Selatan kepada Hermawan Network, Sabtu (25/5/2008).
Nama blue energy adalah sebutan bagi jenis bahan bakar yang ramah lingkungan dan emisinya rendah. Sebelum dipatenkan menjadi blue energy sempat ada beberapa nama yang disebutkan salah satunya Minyak Indonesia bersatu.
"Akhirnya Pak SBY kemudian memberikan putusan final yaitu blue energy," pungkas Heru.
http://www.hermawan.net/index.php?
action=news.detail&id_news=11247
Joko Suprapto yang dikabarkan sebagai penemu blue energy berjanji akan menemui Presiden SBY pada Hari Kebangkitan Nasional 2008. Sebelumnya, Joko dikabarkan raib. Namun dia kemudian muncul kembali di tengah keluarganya di Nganjuk, Jawa Timur, pada Jumat lalu.
Heru Lelono yang merupakan ketua tim blue energy pada saat pameran di Cikeas beberapa waktu lalu angkat bicara soal Joko.
Perkenalan Heru Lelono dengan Joko Suprapto dimulai pada awal 2007 karena Joko menciptakan pembangkit tenaga listrik alternatif. Waktu itu Heru dan kawan-kawannya dari organisasi masyarakat Gerakan Indonesia Bersatu sepakat membangun lembaga penelitian yang dinamakan Center for Food Energy and Water Studies (CFEWS).
Gagasannya adalah melakukan penelitian, mendorong dan mengembangkan inovasi dari para inovator yang sangat banyak di negeri ini dalam bidang pangan dan energi. Tujuan dapat dimasyaratkan bagi rakyat luas.
Menurut Heru pada saat itu Joko mengatakan berhasil membuat base fuel atau minyak dasar pembuat bahan bakar berbahan baku hydrogen yang diambil dari air namun kemudian dikembangkan oleh tim.
"Pengembangan pembuatan bahan bakar itu tidak dilakukan oleh Joko sendiri namun dikerjakan oleh tim kita secara bersama," kata Heru Lelono di PIM 2 Jakarta Selatan kepada Hermawan Network, Sabtu (25/5/2008).
Nama blue energy adalah sebutan bagi jenis bahan bakar yang ramah lingkungan dan emisinya rendah. Sebelum dipatenkan menjadi blue energy sempat ada beberapa nama yang disebutkan salah satunya Minyak Indonesia bersatu.
"Akhirnya Pak SBY kemudian memberikan putusan final yaitu blue energy," pungkas Heru.
http://www.hermawan.net/index.php?
action=news.detail&id_news=11247
Pelepasan Rombongan Kendaraan Berbahan Bakar Ramah Lingkungan
Cikeas, Bogor: Presiden Susilo Bambang Yudhoyono didampingi Ibu Ani melepas rombongan kendaraan berbahan bakar blue energy yang akan berangkat menuju Denpasar, Bali, di kediaman pribadi Puri Cikeas Indah, Minggu (25/11) sore. Di Bali, rombongan ini akan mengikuti eksebisi clean air, clean fuel, dan clean vehicle dalam rangka Konferensi Internasional Climate Change tanggal 3-15 Desember 2007.
Ketua rombongan, Heru Lelono, menjelaskan bahwa setelah dilepas Presiden SBY, rombongan akan berkeliling Jakarta dan baru berangkat meninggalkan Jakarta pada 28 November 2007. "Rombongan akan menginap di Solo dan melewati Banyuwangi. Kita tidak melewati Surabaya, tetapi melalui Mojosari dan Gempol," jelas Heru. "Kami akan tiba di Denpasar kira-kira tanggal 30 November dan langsung mempersiapkan diri untuk eksebisi di Bali. Kami memohon doa restu agar perjalanan ini dapat berjalan lancar," lanjutnya.
Presiden SBY menceritakan bahwa tim ini pertamakali datang menghadap kurang lebih setahun lalu dan sejak itu SBY bersama para menteri terus memberikan dukungan. "Saya bahkan mengikuti terus perkembangan penelitian ini," ujar SBY. "Bermula dari seorang peneliti yang lebih mengutamakan proses penelitian di lapangan dan bukan teori, Joko Suprapto, yang melaksanakan penelitian itu belasan tahun yang lalu," Presiden menambahkan.
"Saya memberikan semangat, motivasi, dan dorongan agar penelitian, pengembangan, dan penemuan ini betul-betul menghasilkan sesuatu yang akan memberikan kontribusi luar biasa bagi bangsa Indonesia bahkan dunia. Lakukan terus dan tuntaskan penelitian ini. Saya akan menunggu hasil konkretnya setelah semua penelitian ini selesai," SBY berpesan.
Rombongan yang terdiri atas 4 mobil dan 1 bus ini membawa serta bahan bakar blue energy yang diletakkan dalam jerigen-jerigen khusus dan tangki besar. Rombongan membawa bahan bakar solar sebanyak 2.500 liter dan gasoline sebanyak 600 liter.
Hadir dalam pelepasan rombongan ini, antara lain, Menteri Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar, Menhub Jusman Syafii Djamal, Mensesneg Hatta Rajasa, Seskab Sudi Silalahi, dan Jubir Kepresidenan Andi Mallarangeng. Hadir pula putra dan menantu SBY, Agus Harimurti, Edhie Baskoro, dan Annisa Pohan. Usai acara, bersama dengan para wartawan, SBY dan Ibu Ani menikmati Baso Sukawati yang selalu menjadi langganan SBY dan keluarga.
http://www.setneg.go.id/index.php?
option=com_content&task=view&id=1257&Itemid=25
Ketua rombongan, Heru Lelono, menjelaskan bahwa setelah dilepas Presiden SBY, rombongan akan berkeliling Jakarta dan baru berangkat meninggalkan Jakarta pada 28 November 2007. "Rombongan akan menginap di Solo dan melewati Banyuwangi. Kita tidak melewati Surabaya, tetapi melalui Mojosari dan Gempol," jelas Heru. "Kami akan tiba di Denpasar kira-kira tanggal 30 November dan langsung mempersiapkan diri untuk eksebisi di Bali. Kami memohon doa restu agar perjalanan ini dapat berjalan lancar," lanjutnya.
Presiden SBY menceritakan bahwa tim ini pertamakali datang menghadap kurang lebih setahun lalu dan sejak itu SBY bersama para menteri terus memberikan dukungan. "Saya bahkan mengikuti terus perkembangan penelitian ini," ujar SBY. "Bermula dari seorang peneliti yang lebih mengutamakan proses penelitian di lapangan dan bukan teori, Joko Suprapto, yang melaksanakan penelitian itu belasan tahun yang lalu," Presiden menambahkan.
"Saya memberikan semangat, motivasi, dan dorongan agar penelitian, pengembangan, dan penemuan ini betul-betul menghasilkan sesuatu yang akan memberikan kontribusi luar biasa bagi bangsa Indonesia bahkan dunia. Lakukan terus dan tuntaskan penelitian ini. Saya akan menunggu hasil konkretnya setelah semua penelitian ini selesai," SBY berpesan.
Rombongan yang terdiri atas 4 mobil dan 1 bus ini membawa serta bahan bakar blue energy yang diletakkan dalam jerigen-jerigen khusus dan tangki besar. Rombongan membawa bahan bakar solar sebanyak 2.500 liter dan gasoline sebanyak 600 liter.
Hadir dalam pelepasan rombongan ini, antara lain, Menteri Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar, Menhub Jusman Syafii Djamal, Mensesneg Hatta Rajasa, Seskab Sudi Silalahi, dan Jubir Kepresidenan Andi Mallarangeng. Hadir pula putra dan menantu SBY, Agus Harimurti, Edhie Baskoro, dan Annisa Pohan. Usai acara, bersama dengan para wartawan, SBY dan Ibu Ani menikmati Baso Sukawati yang selalu menjadi langganan SBY dan keluarga.
http://www.setneg.go.id/index.php?
option=com_content&task=view&id=1257&Itemid=25
Pelepasan Rombongan Kendaraan Berbahan Bakar Ramah Lingkungan
Cikeas, Bogor: Presiden Susilo Bambang Yudhoyono didampingi Ibu Ani melepas rombongan kendaraan berbahan bakar blue energy yang akan berangkat menuju Denpasar, Bali, di kediaman pribadi Puri Cikeas Indah, Minggu (25/11) sore. Di Bali, rombongan ini akan mengikuti eksebisi clean air, clean fuel, dan clean vehicle dalam rangka Konferensi Internasional Climate Change tanggal 3-15 Desember 2007.
Ketua rombongan, Heru Lelono, menjelaskan bahwa setelah dilepas Presiden SBY, rombongan akan berkeliling Jakarta dan baru berangkat meninggalkan Jakarta pada 28 November 2007. "Rombongan akan menginap di Solo dan melewati Banyuwangi. Kita tidak melewati Surabaya, tetapi melalui Mojosari dan Gempol," jelas Heru. "Kami akan tiba di Denpasar kira-kira tanggal 30 November dan langsung mempersiapkan diri untuk eksebisi di Bali. Kami memohon doa restu agar perjalanan ini dapat berjalan lancar," lanjutnya.
Presiden SBY menceritakan bahwa tim ini pertamakali datang menghadap kurang lebih setahun lalu dan sejak itu SBY bersama para menteri terus memberikan dukungan. "Saya bahkan mengikuti terus perkembangan penelitian ini," ujar SBY. "Bermula dari seorang peneliti yang lebih mengutamakan proses penelitian di lapangan dan bukan teori, Joko Suprapto, yang melaksanakan penelitian itu belasan tahun yang lalu," Presiden menambahkan.
"Saya memberikan semangat, motivasi, dan dorongan agar penelitian, pengembangan, dan penemuan ini betul-betul menghasilkan sesuatu yang akan memberikan kontribusi luar biasa bagi bangsa Indonesia bahkan dunia. Lakukan terus dan tuntaskan penelitian ini. Saya akan menunggu hasil konkretnya setelah semua penelitian ini selesai," SBY berpesan.
Rombongan yang terdiri atas 4 mobil dan 1 bus ini membawa serta bahan bakar blue energy yang diletakkan dalam jerigen-jerigen khusus dan tangki besar. Rombongan membawa bahan bakar solar sebanyak 2.500 liter dan gasoline sebanyak 600 liter.
Hadir dalam pelepasan rombongan ini, antara lain, Menteri Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar, Menhub Jusman Syafii Djamal, Mensesneg Hatta Rajasa, Seskab Sudi Silalahi, dan Jubir Kepresidenan Andi Mallarangeng. Hadir pula putra dan menantu SBY, Agus Harimurti, Edhie Baskoro, dan Annisa Pohan. Usai acara, bersama dengan para wartawan, SBY dan Ibu Ani menikmati Baso Sukawati yang selalu menjadi langganan SBY dan keluarga.
http://www.setneg.go.id/index.php?
option=com_content&task=view&id=1257&Itemid=25
Ketua rombongan, Heru Lelono, menjelaskan bahwa setelah dilepas Presiden SBY, rombongan akan berkeliling Jakarta dan baru berangkat meninggalkan Jakarta pada 28 November 2007. "Rombongan akan menginap di Solo dan melewati Banyuwangi. Kita tidak melewati Surabaya, tetapi melalui Mojosari dan Gempol," jelas Heru. "Kami akan tiba di Denpasar kira-kira tanggal 30 November dan langsung mempersiapkan diri untuk eksebisi di Bali. Kami memohon doa restu agar perjalanan ini dapat berjalan lancar," lanjutnya.
Presiden SBY menceritakan bahwa tim ini pertamakali datang menghadap kurang lebih setahun lalu dan sejak itu SBY bersama para menteri terus memberikan dukungan. "Saya bahkan mengikuti terus perkembangan penelitian ini," ujar SBY. "Bermula dari seorang peneliti yang lebih mengutamakan proses penelitian di lapangan dan bukan teori, Joko Suprapto, yang melaksanakan penelitian itu belasan tahun yang lalu," Presiden menambahkan.
"Saya memberikan semangat, motivasi, dan dorongan agar penelitian, pengembangan, dan penemuan ini betul-betul menghasilkan sesuatu yang akan memberikan kontribusi luar biasa bagi bangsa Indonesia bahkan dunia. Lakukan terus dan tuntaskan penelitian ini. Saya akan menunggu hasil konkretnya setelah semua penelitian ini selesai," SBY berpesan.
Rombongan yang terdiri atas 4 mobil dan 1 bus ini membawa serta bahan bakar blue energy yang diletakkan dalam jerigen-jerigen khusus dan tangki besar. Rombongan membawa bahan bakar solar sebanyak 2.500 liter dan gasoline sebanyak 600 liter.
Hadir dalam pelepasan rombongan ini, antara lain, Menteri Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar, Menhub Jusman Syafii Djamal, Mensesneg Hatta Rajasa, Seskab Sudi Silalahi, dan Jubir Kepresidenan Andi Mallarangeng. Hadir pula putra dan menantu SBY, Agus Harimurti, Edhie Baskoro, dan Annisa Pohan. Usai acara, bersama dengan para wartawan, SBY dan Ibu Ani menikmati Baso Sukawati yang selalu menjadi langganan SBY dan keluarga.
http://www.setneg.go.id/index.php?
option=com_content&task=view&id=1257&Itemid=25
Pakar UGM Ragukan Penemuan Blue Energy Joko Suprapto
Yogyakarta - Blue energy temuan Joko Suprapto, pria asal Nganjuk, Jawa Timur, telah dikembangkan oleh perusahaan Sarana Harapan Indo Corp (SHI Corp). Namun, para pakar di Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) meragukan penemuan itu.
Masalah blue energy ini sempat dibahas dalam Rapat Koordinasi Fakultas (RKF) yang digelar Dekan Fakultas Teknik UGM di Kampus UGM, Bulaksumur, Yogyakarta, Senin (26/5/2008). RKF juga membahas mengenai disebut-sebutnya Joko Suprapto sebagai alumnus Teknik Elektro Fakultas Teknik UGM.
Dr Tumiran, Ketua Jurusan Teknik Elektro, menjelaskan dirinya maupun beberapa dosen kimia dan mesin meragukan penemuan Joko Suprapto mengenai bahan bakar berbahan baku air. Sebab untuk mengubah air menjadi bahan bakar perlu perubahan dan substitusi yang luar biasa.
Menurut dia, secara hukum termodinamika perubahan-perubahan itu memerlukan biaya mahal dan besar sekali. “Air secara material sudah seperti itu. Kalau kemudian berubah bentuk lain, bukan pekerjaan mudah,” kata staf pengajar jurusan Elektro itu.
Selama ini, kata dia, baik di jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik maupun di lembaga pusat studi yang lain di UGM belum pernah ditawari menangani proyek bahan bakar dari air itu. “Kalaupun ditawari akan kami tolak, karena secara keilmuan masih meragukan dan harus kita verifikasi kebenarannya,” pungkas Tumiran.
Temuan Joko Suprapto mengenai bahan bakar air itu telah ditindaklanjuti oleh SHI Corp dengan mendirikan pabrik di kawasan Cikeas, Bogor, sekitar 2 KM dari rumah SBY. Heru Lelono, staf khusus Presiden, menjadi komisaris utama perusahaan ini. Rencananya, pada April lalu, pabrik ini ditargetkan bisa memproduksi bahan bakar dari air secara massal, namun ternyata hingga kini belum terealisasi.
http://plinplan.com/general/36960/2008/05/26/
pakar-ugm-ragukan-penemuan-blue-energy-joko-suprapto/
Masalah blue energy ini sempat dibahas dalam Rapat Koordinasi Fakultas (RKF) yang digelar Dekan Fakultas Teknik UGM di Kampus UGM, Bulaksumur, Yogyakarta, Senin (26/5/2008). RKF juga membahas mengenai disebut-sebutnya Joko Suprapto sebagai alumnus Teknik Elektro Fakultas Teknik UGM.
Dr Tumiran, Ketua Jurusan Teknik Elektro, menjelaskan dirinya maupun beberapa dosen kimia dan mesin meragukan penemuan Joko Suprapto mengenai bahan bakar berbahan baku air. Sebab untuk mengubah air menjadi bahan bakar perlu perubahan dan substitusi yang luar biasa.
Menurut dia, secara hukum termodinamika perubahan-perubahan itu memerlukan biaya mahal dan besar sekali. “Air secara material sudah seperti itu. Kalau kemudian berubah bentuk lain, bukan pekerjaan mudah,” kata staf pengajar jurusan Elektro itu.
Selama ini, kata dia, baik di jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik maupun di lembaga pusat studi yang lain di UGM belum pernah ditawari menangani proyek bahan bakar dari air itu. “Kalaupun ditawari akan kami tolak, karena secara keilmuan masih meragukan dan harus kita verifikasi kebenarannya,” pungkas Tumiran.
Temuan Joko Suprapto mengenai bahan bakar air itu telah ditindaklanjuti oleh SHI Corp dengan mendirikan pabrik di kawasan Cikeas, Bogor, sekitar 2 KM dari rumah SBY. Heru Lelono, staf khusus Presiden, menjadi komisaris utama perusahaan ini. Rencananya, pada April lalu, pabrik ini ditargetkan bisa memproduksi bahan bakar dari air secara massal, namun ternyata hingga kini belum terealisasi.
http://plinplan.com/general/36960/2008/05/26/
pakar-ugm-ragukan-penemuan-blue-energy-joko-suprapto/
Presiden Terima Tim Blue Energy
Nusa Dua-RoL-- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menerima Tim Blue Energy yang telah melakukan perjalanan darat Jakarta-Denpasar sepanjang 1.225,7 km dengan lima kendaraan berbahan bakar energi alternatif "blue energy".
Usai bertemu Presiden di Hotel Nikko, Nusa Dua, Bali, Senin, Ketua Tim Blue Energy Heru Lelono mengatakan, setelah melakukan perjalanan tersebut, kelima kendaraan telah dilakukan uji emisi di bengkel dan hasilnya cukup baik.
Bahan bakar blue energy merupakan bahan bakar yang dihasilkan dari bahan baku hidrogen dan karbon, sama sekali tidak bersumber dari bahan fosil. Kelima kendaraan berbahan bakar "blue energy" itu adalah dua mobil Ford 2.500 CC, Isuzu Panther 2.500 CC diesel, sedan Mazda 1997 dengan gasoline 1.800 CC, serta bus Mitsubishi 4.000 CC.
Sebelumnya, Presiden Yudhoyono di kediamannya di Puri Cikeas Indah Bogor, pada 25 November 2007 lalu, telah melepas kelima kendaraan tersebut untuk melakukan uji coba dengan menggunakan bahan bakar "blue energy". "Kita ingin membuktikan Indonesia juga mampu mencari jawaban terhadap masalah yang dibutuhkan khususnya soal bahan bakar dari non fosil," kata Heru.
Heru mengatakan, bahan bakar tersebut lebih tepat dikatakan sebagai bahan bakar sintetik yang proses pembuatannya tidak perlu memakan waktu ratusan tahun seperti fosil. Tetapi dilakukan lebih cepat dengan mesin yang berhasil diciptakan Tim Blue Energy. "Ini tidak merusak lingkungan, emisinya juga ramah lingkungan. Tahun depan kita akan mulai memproduksi bahan bakar ini. Masyarakat pengguna tidak perlu lagi memodifikasi kendaraannya," katanya.
Penggunaan bahan bakar tersebut, katanya, cukup irit yakni 1 liter blue energy mampu untuk menempuh jarak sekitar 15,13 km. Namun demikian, Heru Lelono belum bisa menyebut biaya produksi untuk bahan bakar blue energy tersebut. "Ini harus bisa masuk sistem. Setelah itu baru bisa dijawab ongkos produksi sebenarnya," katanya.
Sementara itu Juru Bicara Kepresidenan Andi Mallarangeng mengatakan, Presiden Yudhoyono menyambut baik upaya anak bangsa yang mampu menghasilkan energi alternatif baru yang non fosil. "Presiden mendukung upaya semacam ini yang diharapkan bisa diproduksi dalam skala besar untuk memenuhi kebutuhan energi," katanya. antara/mim
http://www.topix.com/forum/world/malaysia/TOIC63P6R1J52OGRD
Usai bertemu Presiden di Hotel Nikko, Nusa Dua, Bali, Senin, Ketua Tim Blue Energy Heru Lelono mengatakan, setelah melakukan perjalanan tersebut, kelima kendaraan telah dilakukan uji emisi di bengkel dan hasilnya cukup baik.
Bahan bakar blue energy merupakan bahan bakar yang dihasilkan dari bahan baku hidrogen dan karbon, sama sekali tidak bersumber dari bahan fosil. Kelima kendaraan berbahan bakar "blue energy" itu adalah dua mobil Ford 2.500 CC, Isuzu Panther 2.500 CC diesel, sedan Mazda 1997 dengan gasoline 1.800 CC, serta bus Mitsubishi 4.000 CC.
Sebelumnya, Presiden Yudhoyono di kediamannya di Puri Cikeas Indah Bogor, pada 25 November 2007 lalu, telah melepas kelima kendaraan tersebut untuk melakukan uji coba dengan menggunakan bahan bakar "blue energy". "Kita ingin membuktikan Indonesia juga mampu mencari jawaban terhadap masalah yang dibutuhkan khususnya soal bahan bakar dari non fosil," kata Heru.
Heru mengatakan, bahan bakar tersebut lebih tepat dikatakan sebagai bahan bakar sintetik yang proses pembuatannya tidak perlu memakan waktu ratusan tahun seperti fosil. Tetapi dilakukan lebih cepat dengan mesin yang berhasil diciptakan Tim Blue Energy. "Ini tidak merusak lingkungan, emisinya juga ramah lingkungan. Tahun depan kita akan mulai memproduksi bahan bakar ini. Masyarakat pengguna tidak perlu lagi memodifikasi kendaraannya," katanya.
Penggunaan bahan bakar tersebut, katanya, cukup irit yakni 1 liter blue energy mampu untuk menempuh jarak sekitar 15,13 km. Namun demikian, Heru Lelono belum bisa menyebut biaya produksi untuk bahan bakar blue energy tersebut. "Ini harus bisa masuk sistem. Setelah itu baru bisa dijawab ongkos produksi sebenarnya," katanya.
Sementara itu Juru Bicara Kepresidenan Andi Mallarangeng mengatakan, Presiden Yudhoyono menyambut baik upaya anak bangsa yang mampu menghasilkan energi alternatif baru yang non fosil. "Presiden mendukung upaya semacam ini yang diharapkan bisa diproduksi dalam skala besar untuk memenuhi kebutuhan energi," katanya. antara/mim
http://www.topix.com/forum/world/malaysia/TOIC63P6R1J52OGRD
Hilangnya Penemu Blue Energy Diragukan
NGANJUK - Raibnya Joko Suprapto, penemu bahan bakar air (blue energy) asal Nganjuk menyisakan pertanyaan. Sejumlah kalangan mulai meragukan kemampuan Joko yang sempat disebut sebagai profesor dari desa.
Menelusuri rumah Joko Suprapto yang terletak di Dusun Bangsri, Desa Ngadiboyo, Kecamatan Rejoso, Kabupaten Nganjuk tak sesulit dari yang dibayangkan. Meski berada di kawasan yang cukup terpencil yakni 25 kilometer dari pusat kota, hampir seluruh warga di desa itu mengenalnya.
Anehnya, mereka mengenal Joko bukan sebagai seorang insinyur atau penemu blue energy, namun sebagai pengusaha sukses yang kaya. Sebutan itu tak berlebihan ketika melihat secara langsung kemegahan rumah Joko Suprapto yang disulap menjadi istana.
Berdiri di atas lahan seluas 2 hektar, rumah tersebut terlihat sangat megah diantara deretan rumah kumuh di sekitarnya. Bahkan mayoritas penduduk desa tersebut termasuk kategori menengah ke bawah dengan pekerjaan utama menjadi buruh tani.
Areal seluas itu tak seluruhnya dirupakan bangunan permanen. Setengah luas lahan didirikan stasiun radio bernama Jodhipati yang menyambung dengan tempat tinggalnya, sementara sisanya dibiarkan kosong. Pemilik rumah nampaknya berencana membangun panggung hiburan terbuka di areal tersebut meski masih setengah jadi.
"Ada keperluan apa ke sini? Lapor ke petugas keamanan dulu, mas," ujar salah seorang karyawan radio ketika melihat kedatangan wartawan di rumah tersebut.
Tanggapan yang kurang bersahabat juga ditunjukkan salah seorang kerabat Joko Suprapto saat menanyakan keberadaannya. Menurut laki-laki paruh baya yang mengaku bernama Gampang, ia tidak menjumpai Joko sejak satu pekan terakhir. Gampang yang memperkenalkan diri sebagai paman Joko dari Bojonegoro mengatakan jika keponakannya pergi ke Jakarta untuk keperluan pribadi.
"Dia tidak ada di rumah, saya sendiri belum melihatnya sejak berkunjung ke sini satu minggu lalu," ujar Gampang singkat.
Sayangnya, ia tidak mengijinkan wartawan untuk menemui istri Joko, Win Damirah.
Ketika disinggung tentang penelitian blue energy yang dilakukan Joko, baik Gampang maupun karyawannya mengaku tidak tahu. Mereka hanya membenarkan adanya penelitian itu tanpa memberikan penjelasan apapun. Kedua orang itu berdalih penemuan itu bersifat rahasia dan hanya Joko yang mengetahui.
Sementara itu Kepala Dusun Bangsri, Bani, menjelaskan jika kehidupan Joko Suprapto sehari-hari memang terkesan tertutup. Bahkan warga sekitar jarang sekali bisa bertatap muka dengannya. Selain kerap bepergian ke luar kota, aktivitas Joko yang dikenal sebagai pengusaha dan tuan tanah lebih sering dilakukan di dalam rumahnya yang megah.
"Meski ia tercatat sebagai warga kami, tapi jarang terlihat berbaur. Kabarnya sering ke luar kota untuk berbisnis,? kata Bani.
Uniknya, tidak banyak warga di tempat itu yang mengetahui penemuan Joko tentang bahan bakar berbasis air. Sejak pertama kali diumumkan ke publik hingga menarik perhatian Presiden SBY, Bani mengaku hanya sekali melihat hasil tekhologi tersebut. Itupun tidak bisa melihat langsung bahan bakar ajaib itu, karena kerahasiaan yang dipegang Joko.
"Saat itu Pak Joko mengendarai sebuah mobil yang katanya dari bahan bakar air. Saya sendiri belum melihat bentuknya," terang Bani.
Hal itulah yang kemudian memantik keraguan atas keaslian temuan tersebut. Apalagi di saat masyarakat kesulitan mendapatkan BBM, Joko justru menghilang. Hingga kini keberadaan "profesor" tersebut masih misterius, seperti hasil penelitiannya yang sampai sekarang mengundang pertanyaan.
Nama Joko Suprapto sendiri sempat mencuat ketika ia mengumumkan penemuan bahan bakar yang terbuat dari air. Atas penemuan tersebut, Presiden SBY sempat mengundangnya ke Nusa Dua, Bali untuk mempresentasikan di hadapan Negara peserta United Nation Framework Conference on Climate Change (UNFCCC) 2007.
Bahkan tim penguji kepresidenan yang dipimpin Heru Lelono sempat mengujinya menggunakan mobil Mazda Six milik Patwal Mabes Polri. (Hari Tri Wasono/Sindo/fit)
http://news.okezone.com/index.php/ReadStory/2008/
05/21/1/110951/menghilang-penemuan-blue-energy-diragukan
Menelusuri rumah Joko Suprapto yang terletak di Dusun Bangsri, Desa Ngadiboyo, Kecamatan Rejoso, Kabupaten Nganjuk tak sesulit dari yang dibayangkan. Meski berada di kawasan yang cukup terpencil yakni 25 kilometer dari pusat kota, hampir seluruh warga di desa itu mengenalnya.
Anehnya, mereka mengenal Joko bukan sebagai seorang insinyur atau penemu blue energy, namun sebagai pengusaha sukses yang kaya. Sebutan itu tak berlebihan ketika melihat secara langsung kemegahan rumah Joko Suprapto yang disulap menjadi istana.
Berdiri di atas lahan seluas 2 hektar, rumah tersebut terlihat sangat megah diantara deretan rumah kumuh di sekitarnya. Bahkan mayoritas penduduk desa tersebut termasuk kategori menengah ke bawah dengan pekerjaan utama menjadi buruh tani.
Areal seluas itu tak seluruhnya dirupakan bangunan permanen. Setengah luas lahan didirikan stasiun radio bernama Jodhipati yang menyambung dengan tempat tinggalnya, sementara sisanya dibiarkan kosong. Pemilik rumah nampaknya berencana membangun panggung hiburan terbuka di areal tersebut meski masih setengah jadi.
"Ada keperluan apa ke sini? Lapor ke petugas keamanan dulu, mas," ujar salah seorang karyawan radio ketika melihat kedatangan wartawan di rumah tersebut.
Tanggapan yang kurang bersahabat juga ditunjukkan salah seorang kerabat Joko Suprapto saat menanyakan keberadaannya. Menurut laki-laki paruh baya yang mengaku bernama Gampang, ia tidak menjumpai Joko sejak satu pekan terakhir. Gampang yang memperkenalkan diri sebagai paman Joko dari Bojonegoro mengatakan jika keponakannya pergi ke Jakarta untuk keperluan pribadi.
"Dia tidak ada di rumah, saya sendiri belum melihatnya sejak berkunjung ke sini satu minggu lalu," ujar Gampang singkat.
Sayangnya, ia tidak mengijinkan wartawan untuk menemui istri Joko, Win Damirah.
Ketika disinggung tentang penelitian blue energy yang dilakukan Joko, baik Gampang maupun karyawannya mengaku tidak tahu. Mereka hanya membenarkan adanya penelitian itu tanpa memberikan penjelasan apapun. Kedua orang itu berdalih penemuan itu bersifat rahasia dan hanya Joko yang mengetahui.
Sementara itu Kepala Dusun Bangsri, Bani, menjelaskan jika kehidupan Joko Suprapto sehari-hari memang terkesan tertutup. Bahkan warga sekitar jarang sekali bisa bertatap muka dengannya. Selain kerap bepergian ke luar kota, aktivitas Joko yang dikenal sebagai pengusaha dan tuan tanah lebih sering dilakukan di dalam rumahnya yang megah.
"Meski ia tercatat sebagai warga kami, tapi jarang terlihat berbaur. Kabarnya sering ke luar kota untuk berbisnis,? kata Bani.
Uniknya, tidak banyak warga di tempat itu yang mengetahui penemuan Joko tentang bahan bakar berbasis air. Sejak pertama kali diumumkan ke publik hingga menarik perhatian Presiden SBY, Bani mengaku hanya sekali melihat hasil tekhologi tersebut. Itupun tidak bisa melihat langsung bahan bakar ajaib itu, karena kerahasiaan yang dipegang Joko.
"Saat itu Pak Joko mengendarai sebuah mobil yang katanya dari bahan bakar air. Saya sendiri belum melihat bentuknya," terang Bani.
Hal itulah yang kemudian memantik keraguan atas keaslian temuan tersebut. Apalagi di saat masyarakat kesulitan mendapatkan BBM, Joko justru menghilang. Hingga kini keberadaan "profesor" tersebut masih misterius, seperti hasil penelitiannya yang sampai sekarang mengundang pertanyaan.
Nama Joko Suprapto sendiri sempat mencuat ketika ia mengumumkan penemuan bahan bakar yang terbuat dari air. Atas penemuan tersebut, Presiden SBY sempat mengundangnya ke Nusa Dua, Bali untuk mempresentasikan di hadapan Negara peserta United Nation Framework Conference on Climate Change (UNFCCC) 2007.
Bahkan tim penguji kepresidenan yang dipimpin Heru Lelono sempat mengujinya menggunakan mobil Mazda Six milik Patwal Mabes Polri. (Hari Tri Wasono/Sindo/fit)
http://news.okezone.com/index.php/ReadStory/2008/
05/21/1/110951/menghilang-penemuan-blue-energy-diragukan
Misteri Blue Energy - Profesor Nakoela: Joko Suprapto Harus Tulis Teorinya di Media

Jakarta - Joko Suprapto mengaku menemukan bahan bakar blue energy yang berasal dari air. Namun temuannya hingga kini masih misterius. Misteri ini kian menggunung dengan raibnya Joko sejak 7 Mei lalu, meski kini telah 'ditemukan'.
Agar misteri ini tidak kian meragukan, pakar teknik mesin dari UI Profesor Nakoela Soenarta meminta Joko menjelaskan teorinya itu.
"Ya disuruh nulis. Bisa di surat kabar atau di media lainnya. Agar jelas penemuannya. Jangan hanya jual wacana mencari popularitas," kata Nakoela saat berbincang dengan dengan detikcom lewat telepon, Minggu (25/5/2008) malam.
Mengapa hal ini perlu dilakukan? Nakoela beralasan sesuai analisisnya, kalau air bisa menjadi untuk bahan bakar, mengapa petugas pemadam menggunakan air untuk memadamkan api.
"Memang air bisa menjadi bahan bakar tapi harus dipisahkan H20-nya H-nya sendiri dan O-nya juga sendiri," jelas profesor yang telah 43 tahun berkecimpung di dunia mesin ini.
Selain itu, penjelasan Joko tentang teorinya melalui tulisan akan membuat masyarakat tidak mempertanyakan. "Kenapa dia yang pintar sendiri, memangnya dia pintar dari mana. Kalau air itu digabung dengan senyawa tertentu, jelaskan senyawa apa," tandas profesor 83 tahun ini.
Joko Suprapto selama ini diberitakan mengembangkan energi bahan bakar air di laboratoriumnya di Ngadiboyo, Nganjuk, Jatim. Teknologi ini prinsipnya menyediakan listrik yang murah untuk memproses air sebagai bahan bakar.
Cara kerjanya memecah molekul air menjadi H (+) dan O2 (-) dengan bantuan katalis-katalis dan proses tertentu sampai menjadi bahan bakar dengan jumlah ikatan karbon tertentu. Sehingga, blue energy bisa dijadikan bahan bakar alternatif pengganti solar, bensin, avtur, maupun minyak tanah.
Temuan Joko ini bahkan sudah diterapkan dalam ekspedisi Jakarta-Bali menjelang United Nation Framework Conference on Climate Change (UNFCCC) Desember 2007 di Bali. Mobil yang digunakan uji coba dalam ekspedisi waktu itu adalah 2 Ford Ranger 2500 CC, 1 Isuzu Panther 2500 CC Diesel, 1 Mazda Familia 1800 CC dan 1 Bus Mitsubishi 4000 CC.
Ekspedisi ini diberangkatkan Presiden SBY dari kediaman pribadi Presiden di Puri Cikeas Indah tanggal 26 November 2007, dan sukses tiba di Bali pada 3 Desember 2007.
Ekspedisi rombongan tersebut diketuai Heru Lelono yang juga staf khusus Presiden SBY.
Temuan Joko rencananya akan diproduksi massal dengan kapasitas produksi 10 liter per detik atau setara dengan 5 ribu barrel per hari. Tempat produksi juga dipusatkan di Cikeas, Bogor yang peletakan batu pertamanya juga dilakukan Presiden SBY.
Blue energy ini rencananya akan bisa dinikmati masyarakat umum sekitar April 2008. Bila berhasil, produk ini akan dijual sekitar Rp 3 ribu per liter. Negara pun tak perlu pusing memikirkan subsidi BBM lagi.
http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/
2008/bulan/05/tgl/26/time/073122/idnews/944883/idkanal/10
Security Pabrik Blue Energy: Saya Tak Kenal Joko Suprapto
Jakarta - Pabrik blue energy yang terletak sekitar dua kilometer dari kediaman Presiden SBY di Cikeas, Bogor dijaga ketat dua petugas keamanan. Anehnya, petugas keamanan tidak kenal dengan Joko Suprapto, sang penemu blue energy.
"Saya tidak kenal Joko Suprapto," ujar salah seorang petugas keamanan kepada detikcom di lokasi pabrik tersebut di Desa Cikeas Udik, Kecamatan Gunung Putri, Bogor, Jumat (23/5/2008).
Petugas keamanan berambut cepak dan berbaju preman ini pun melarang detikcom yang mencoba masuk ke pabrik seluas lima hektar itu.
Sementara menurut salah seorang warga yang enggan disebutkan namanya, pabrik tersebut sering dikunjungi oleh orang yang biasa mengendarai mobil Daihatsu Xenia. "Pulangnya malam-malam," kata dia.
Saat ditanya apakah pengendara Daihatsu Xenia tersebut adalah Joko Suprapto, warga tersebut mengaku tidak tahu. Ia juga mengaku tidak kenal dengan Joko Suprapto.
Warga tersebut juga tidak tahu kondisi di dalam kompleks pabrik. "Tidak sembarang orang boleh masuk," pungkasnya. ( anw / asy )
http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2008/bulan/
05/tgl/23/time/165652/idnews/944027/idkanal/10/idpartner/
"Saya tidak kenal Joko Suprapto," ujar salah seorang petugas keamanan kepada detikcom di lokasi pabrik tersebut di Desa Cikeas Udik, Kecamatan Gunung Putri, Bogor, Jumat (23/5/2008).
Petugas keamanan berambut cepak dan berbaju preman ini pun melarang detikcom yang mencoba masuk ke pabrik seluas lima hektar itu.
Sementara menurut salah seorang warga yang enggan disebutkan namanya, pabrik tersebut sering dikunjungi oleh orang yang biasa mengendarai mobil Daihatsu Xenia. "Pulangnya malam-malam," kata dia.
Saat ditanya apakah pengendara Daihatsu Xenia tersebut adalah Joko Suprapto, warga tersebut mengaku tidak tahu. Ia juga mengaku tidak kenal dengan Joko Suprapto.
Warga tersebut juga tidak tahu kondisi di dalam kompleks pabrik. "Tidak sembarang orang boleh masuk," pungkasnya. ( anw / asy )
http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2008/bulan/
05/tgl/23/time/165652/idnews/944027/idkanal/10/idpartner/
oko "Blue Energy" Suprapto Sempat Dianggap Gila
Nama Joko Suprapto mendadak jadi perbincangan. Ini setelah blue energy temuannya menarik perhatian hingga dikampanyekan Presiden SBY. Penemuan bahan bakar alternatif berbahan dasar air itu akan dipresentasikannya dalam konferensi PBB tentang perubahan iklim yang kini sedang berlangsung di Bali. Berikut petikan wawancara dengan warga Ngadiboyo, Rejoso, Nganjuk itu.
Apa yang Anda lakukan di Bali?
(Tanpa banyak bicara dia menyodorkan lembaran naskah pidato berbahasa Inggris). Ini, saya sebenarnya tidak usah maju saja. Tapi bagaimana lagi.
Mengapa selama ini Anda tertutup terhadap penelitian blue energy?
Belum saatnya saja.
Apa prinsip utama penemuan itu?
Pemisahan H plus dan H2 min dengan bantuan katalis-katalis dan proses tertentu sampai menjadi bahan bakar dengan jumlah ikatan karbon tertentu. Begini, ada C-C (karbon-karbon, Red) yang bergandengan, pacaran. Lalu kita ganggu, bagaimana kalau orang pacaran diganggu?
Apa bahan dasarnya?
Air. Aair tanah juga bisa, tapi kasihan warga karena harus nyedot dari bumi. Paling bagus air laut.
Lalu, kapan penelitian dimulai? Di mana?
Sekitar 2001, ya di rumah saya, Ngadiboyo sana. Tahun 2005 itu sudah selesai, tapi masih perlu penyempurnaan
Dapat ide dari mana?
Dalam Alquran itu semua yang ada di bumi bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Apa kendalanya selama meneliti?
Banyak sekali, terutama semua orang menganggap saya gila, tidak waras lagi. Tidak ada yang percaya penelitian ini akan berhasil. Termasuk para akademisi, teman-teman saya dan semuanya.
Dari pihak keluarga juga?
Iya, terus terang saja saya berkali-kali mau cerai dengan istri gara-gara penelitian ini. Tapi alhamdulilah saya pertahankan sampai sekarang
Anda mendapat biaya dari mana?
Awalnya biaya sendiri. Pokoknya habis-habisan saya. Seluruh isi rumah saya yang saya kumpulkan sebelumnya seperti keluar semua, sertifikat di Pegadaian. Semua pokoknya.
Apa yang membuat Anda yakin akan berhasil?
Penemuan ini sangat bisa diilmiahkan, ada rumusnya. Kalau barang nyata kenapa tidak bisa?
Bagaimana penelitian ini sampai ke Presiden SBY?
Setelah penelitian selesai, saya dulu sudah menghasilan produk. Kemudian bertemu dengan Bapak Presiden di Jakarta sekitar Februari 2006. Semua orang selalu menganggap saya gila. Tapi Bapak Presiden tidak sama sekali. Selanjutnya penelitian ini diteruskan untuk disempurnakan dan jadilah seperti sekarang. (jie)
Sumber: Radar Kediri
http://www.wikimu.com/News/displaynews.aspx?id=5107
Apa yang Anda lakukan di Bali?
(Tanpa banyak bicara dia menyodorkan lembaran naskah pidato berbahasa Inggris). Ini, saya sebenarnya tidak usah maju saja. Tapi bagaimana lagi.
Mengapa selama ini Anda tertutup terhadap penelitian blue energy?
Belum saatnya saja.
Apa prinsip utama penemuan itu?
Pemisahan H plus dan H2 min dengan bantuan katalis-katalis dan proses tertentu sampai menjadi bahan bakar dengan jumlah ikatan karbon tertentu. Begini, ada C-C (karbon-karbon, Red) yang bergandengan, pacaran. Lalu kita ganggu, bagaimana kalau orang pacaran diganggu?
Apa bahan dasarnya?
Air. Aair tanah juga bisa, tapi kasihan warga karena harus nyedot dari bumi. Paling bagus air laut.
Lalu, kapan penelitian dimulai? Di mana?
Sekitar 2001, ya di rumah saya, Ngadiboyo sana. Tahun 2005 itu sudah selesai, tapi masih perlu penyempurnaan
Dapat ide dari mana?
Dalam Alquran itu semua yang ada di bumi bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Apa kendalanya selama meneliti?
Banyak sekali, terutama semua orang menganggap saya gila, tidak waras lagi. Tidak ada yang percaya penelitian ini akan berhasil. Termasuk para akademisi, teman-teman saya dan semuanya.
Dari pihak keluarga juga?
Iya, terus terang saja saya berkali-kali mau cerai dengan istri gara-gara penelitian ini. Tapi alhamdulilah saya pertahankan sampai sekarang
Anda mendapat biaya dari mana?
Awalnya biaya sendiri. Pokoknya habis-habisan saya. Seluruh isi rumah saya yang saya kumpulkan sebelumnya seperti keluar semua, sertifikat di Pegadaian. Semua pokoknya.
Apa yang membuat Anda yakin akan berhasil?
Penemuan ini sangat bisa diilmiahkan, ada rumusnya. Kalau barang nyata kenapa tidak bisa?
Bagaimana penelitian ini sampai ke Presiden SBY?
Setelah penelitian selesai, saya dulu sudah menghasilan produk. Kemudian bertemu dengan Bapak Presiden di Jakarta sekitar Februari 2006. Semua orang selalu menganggap saya gila. Tapi Bapak Presiden tidak sama sekali. Selanjutnya penelitian ini diteruskan untuk disempurnakan dan jadilah seperti sekarang. (jie)
Sumber: Radar Kediri
http://www.wikimu.com/News/displaynews.aspx?id=5107
Blue Energy: Solusi Naiknya harga minyak karya anak bangsa
FAKTA:
- Ditemukan oleh putra indonesia (Joko Suprapto)
- Bahan dasar air laut (pemecahan molekul air menjadi H plus dan O2 min)
- Komposisi 4 liter air + 1 liter bahan bakar minyak (BBM)
- Teknik yang digunakan adalah mengupayakan pemisahan komponen H2O menjadi partikel ion H+ dan O- yang kemudian akan disenyawakan dengan BBM dibantu dengan beberapa katalis menjadi senyawa-senyawa berantai karbon baru yang lebih efisien
- Bisa dipakai untuk pengganti solar, bensin, avtur, maupun minyak tanah.
- Rendah emisi dan irit
- Murah, Rp 3.000 per liter
- Tidak membutuhkan modifikasi mesin
- Pusat produksi di Cikeas, Bogor
http://forum.detik.com/showthread.php?t=7569
- Ditemukan oleh putra indonesia (Joko Suprapto)
- Bahan dasar air laut (pemecahan molekul air menjadi H plus dan O2 min)
- Komposisi 4 liter air + 1 liter bahan bakar minyak (BBM)
- Teknik yang digunakan adalah mengupayakan pemisahan komponen H2O menjadi partikel ion H+ dan O- yang kemudian akan disenyawakan dengan BBM dibantu dengan beberapa katalis menjadi senyawa-senyawa berantai karbon baru yang lebih efisien
- Bisa dipakai untuk pengganti solar, bensin, avtur, maupun minyak tanah.
- Rendah emisi dan irit
- Murah, Rp 3.000 per liter
- Tidak membutuhkan modifikasi mesin
- Pusat produksi di Cikeas, Bogor
http://forum.detik.com/showthread.php?t=7569
Energi Alternatif ''Blue Energy''
NUSA DUA- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menerima Tim Blue Energy yang telah melakukan perjalanan darat Jakarta-Denpasar sepanjang 1.225,7 km, dengan lima kendaraan berbahan bakar energi alternatif blue energy.
Usai bertemu Presiden di Hotel Nikko, Nusa Dua, Bali, Senin (3/12), Ketua Tim Blue Energy Heru Lelono mengatakan setelah melakukan perjalanan itu kelima kendaraan telah dilakukan uji emisi di bengkel dan hasilnya cukup baik.
Bahan bakar blue energy merupakan bahan bakar yang dihasilkan dari bahan baku hidrogen dan karbon, sama sekali tidak bersumber dari bahan fosil.
Kelima kendaraan itu adalah dua mobil Ford 2.500 CC, Isuzu Panther 2.500 CC diesel, sedan Mazda 1997 dengan gasoline 1.800 CC, serta bus Mitsubishi 4.000 CC.
Sebelumnya, Presiden di kediamannya di Puri Cikeas Indah Bogor, 25 November 2007 lalu, telah melepas kelima kendaraan itu untuk melakukan uji coba dengan menggunakan bahan bakar blue energy.
Bahan Nonfosil
"Kita ingin membuktikan Indonesia juga mampu mencari jawaban terhadap masalah yang dibutuhkan khususnya soal bahan bakar dari nonfosil," kata Heru.
Dia mengatakan bahan bakar itu lebih tepat dikatakan sebagai bahan bakar sintetik yang proses pembuatannya tidak perlu memakan waktu ratusan tahun seperti fosil. Tetapi dilakukan lebih cepat dengan mesin yang berhasil diciptakan Tim Blue Energy.
"Ini tidak merusak lingkungan, emisinya juga ramah lingkungan. Tahun depan kita akan mulai memproduksi bahan bakar ini. Masyarakat pengguna tidak perlu lagi memodifikasi kendaraannya," katanya.
Penggunaan bahan bakar itu cukup irit yakni 1 liter mampu untuk menempuh jarak sekitar 15,13 km. Namun, Heru belum bisa menyebut biaya produksi untuk bahan bakar blue energy tersebut.
"Ini harus bisa masuk sistem. Setelah itu baru bisa dijawab ongkos produksi sebenarnya," katanya.
Sementara itu Juru Bicara Kepresidenan Andi Mallarangeng mengatakan Presiden menyambut baik upaya anak bangsa yang mampu menghasilkan energi alternatif baru yang nonfosil.
"Presiden mendukung upaya semacam ini yang diharapkan bisa diproduksi dalam skala besar untuk memenuhi kebutuhan energi," katanya.(ant-77)
http://www.suaramerdeka.com/harian/0712/04/nas05.htm
Usai bertemu Presiden di Hotel Nikko, Nusa Dua, Bali, Senin (3/12), Ketua Tim Blue Energy Heru Lelono mengatakan setelah melakukan perjalanan itu kelima kendaraan telah dilakukan uji emisi di bengkel dan hasilnya cukup baik.
Bahan bakar blue energy merupakan bahan bakar yang dihasilkan dari bahan baku hidrogen dan karbon, sama sekali tidak bersumber dari bahan fosil.
Kelima kendaraan itu adalah dua mobil Ford 2.500 CC, Isuzu Panther 2.500 CC diesel, sedan Mazda 1997 dengan gasoline 1.800 CC, serta bus Mitsubishi 4.000 CC.
Sebelumnya, Presiden di kediamannya di Puri Cikeas Indah Bogor, 25 November 2007 lalu, telah melepas kelima kendaraan itu untuk melakukan uji coba dengan menggunakan bahan bakar blue energy.
Bahan Nonfosil
"Kita ingin membuktikan Indonesia juga mampu mencari jawaban terhadap masalah yang dibutuhkan khususnya soal bahan bakar dari nonfosil," kata Heru.
Dia mengatakan bahan bakar itu lebih tepat dikatakan sebagai bahan bakar sintetik yang proses pembuatannya tidak perlu memakan waktu ratusan tahun seperti fosil. Tetapi dilakukan lebih cepat dengan mesin yang berhasil diciptakan Tim Blue Energy.
"Ini tidak merusak lingkungan, emisinya juga ramah lingkungan. Tahun depan kita akan mulai memproduksi bahan bakar ini. Masyarakat pengguna tidak perlu lagi memodifikasi kendaraannya," katanya.
Penggunaan bahan bakar itu cukup irit yakni 1 liter mampu untuk menempuh jarak sekitar 15,13 km. Namun, Heru belum bisa menyebut biaya produksi untuk bahan bakar blue energy tersebut.
"Ini harus bisa masuk sistem. Setelah itu baru bisa dijawab ongkos produksi sebenarnya," katanya.
Sementara itu Juru Bicara Kepresidenan Andi Mallarangeng mengatakan Presiden menyambut baik upaya anak bangsa yang mampu menghasilkan energi alternatif baru yang nonfosil.
"Presiden mendukung upaya semacam ini yang diharapkan bisa diproduksi dalam skala besar untuk memenuhi kebutuhan energi," katanya.(ant-77)
http://www.suaramerdeka.com/harian/0712/04/nas05.htm
Joko Suprapto, Blue Energy bahan bakar alternatif pengganti BBM
JANGAN MENCARI JOKO SUPRAPTO, TIDAK JUGA FOTONYA JIKA tidak ingin kecewa. LELAKI yang melesat namanya sejak menemukan penggunaan bahan bakar alternatif Blue Enegry ini, sejak 7 Mei lalu raib, tidak jelas keberadaanya. Istri dan anak-anaknya, mengaku juga tak tahu di mana suami dan ayah mereka. Joko sejauh ini memang luput dari perhatian media. Namanya baru mencuri perhatian ketika berlangsung acara perubahan iklim PBB di Bali, tahun lalu. Waktu itu Joko bersama timnya, tiba di Bali dengan dua Ford Ranger 2500 CC, satu Isuzu Panther 2500 CC Diesel, satu Mazda Familia 1800 CC dan satu Bus Mitsubishi 4000 CC. Di depan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, mereka melaporkan penggunaan bahan bakar alternatif non BBM yang diberi nama Blue Energy atau Minyak Indonesia Bersatu. Benar, itulah bahan bakar yang bersumber dari air.
http://www.lintasberita.com/Teknologi/
Joko_Suprapto_Blue_Energy_bahan_bakar_alternatif_pengganti_BBM/
http://www.lintasberita.com/Teknologi/
Joko_Suprapto_Blue_Energy_bahan_bakar_alternatif_pengganti_BBM/
Blue Energy Berbahan Dasar Air, Dipamerkan dalam Konferensi PBB
Tak banyak yang tahu, penemu bahan bakar blue energy yang sedang dikampanyekan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) ternyata berasal dari Nganjuk. Dia adalah Joko Suprapto, warga Desa Ngadiboyo, Kecamatan Rejoso.
Kemarin, tim uji coba kendaraan berbahan bakar tersebut mengunjunginya. Mereka dipimpin staf khusus Presiden SBY, Heru Lelono. Rombongan itu dalam perjalanan dari Cikeas, Bogor menuju Nusa Dua, Bali, tempat digelarnya United Nation Framework Conference on Climate Change (UNFCCC) 2007.
"Luar biasa. Ini mobil Mazda Six punya Patwal Mabes (Polri) yang bisa berkecepatan 240 kilometer per jam ini kami coba lari 180 kilometer per jam tanpa ada persoalan. Jadi, moga-moga apa yang kita uji coba ini benar-benar bermanfaat. Insya Allah," ujar Heru begitu turun dari Ford Ranger B 9648 TJ.
Untuk diketahui, pertemuan kemarin berlangsung di salah satu hotel di Nganjuk. Rombongan Heru tiba sekitar pukul 09.00. Mereka mengendarai lima unit kendaraan untuk menguji bahan bakar berbahan dasar air tersebut. Yakni, dua pikap double cabin Ford Ranger, satu sedan Mazda 6, satu bus, dan satu truk pengangkut blue energy.
Sebelumnya, rombongan dilepas oleh Presiden SBY, Minggu lalu, dari kediaman pribadinya di Cikeas, Bogor . Rencananya, blue energy itu juga akan dipamerkan kepada dunia dalam UNCFCCC atau Konferensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim di Nusa Dua, Bali .
"Kita ingin membuktikan kepada dunia internasional bahwa kita bukan bangsa kere yang terombang-ambing harga minyak dunia. Bangsa Indonesia bisa menemukan (bahan bakar, Red) sendiri," tandas Heru bangga.
Kepada puluhan wartawan yang sejak pagi menunggu kedatangan rombongan, Heru mengungkapkan bahwa bahan bakar hasil penelitian belasan tahun Joko itu sangat irit. "Sekitar satu lima belas (1 liter dibanding 15 kilometer, Red). Tadi kami mencatat, untuk menempuh 374,5 kilometer, hanya butuh 25 liter," tutur staf khusus Presiden bidang otonomi daerah itu.
Selain hemat dan mampu meningkatkan performa kendaraan, lanjut Heru, keunggulan bahan bakar tersebut adalah rendahnya emisi karbon yang dihasilkan. Ini sesuai dengan pesan UNFCCC yang digelar 3-14 Desember mendatang.
"Sudah dicoba sendiri oleh Bapak Presiden. Beliau kemarin sempat duduk di belakang knalpot bus ini sambil menciumi asapnya. Paspampres (pasukan pengamanan presiden) sempat kerepotan takut Presiden karacunan, tapi tidak. Coba saja," tantangnya.
Penasaran, Wakil Bupati Nganjuk Djaelani Ishaq yang kemarin ikut menyambut kedatangan rombongan langsung mencoba mencium asap dari moncong knalpot bus. "Sama sekali tidak ada baunya," kata Djaelani setelah berkali-kali setelah mengisap asap tersebut.
Ditemani Joko, Heru kemarin juga mengungkapkan bahwa untuk memakai blue energy, mesin tidak perlu dimodifikasi. "Sama sekali tidak perlu ada modifikasi apa-apa. Ini kami bawa mobil berlainan tahun, semua bisa pakai," tandasnya.
Bahkan, lanjut Heru, ada yang sebelumnya menggunakan solar dan di tengah jalan langsung diganti 100 persen dengan blue energy. "Mobilnya malah semakin tidak ada getaran," lanjutnya bangga.
Sementara itu, Joko Suprapto yang selama ini terkesan misterius soal kedekatannya dengan SBY, kemarin mulai blak-blakan. Terutama soal aktivitasnya sebagai peneliti dan penemu blue energy. Dia bahkan sempat sedikit membeber teknologi yang mulai ditelitinya sejak 2001.
"Intinya adalah pemecahan molekul air menjadi H plus dan O2 min. Ada katalis dan proses-proses sampai menjadi bahan bakar dengan rangkaian karbon tertentu," terang peneliti yang mengaku banyak mengambil ide dari Alquran itu.
Untuk mesin dengan bahan bakar premium, solar, premix, hingga avtur, Joko mengaku telah menyiapkan bahan bakar pengganti sesuai dengan mesinnya. "Tinggal mengatur jumlah rangkaian karbonnya. Mau untuk mesin bensin, solar, sampai avtur ya sudah ada," kata ayah enam anak itu.
Yang menarik, bahan dasar air yang digunakan adalah air laut. "Kalau air tanah bisa menyedot ribuan atau jutaan meter kubik. Kasihan masyarakat, paling bagus nanti bahannya air laut," terang pria yang selalu menyembunyikan identitasnya, termasuk almamater tempatnya meraih gelar insinyur, itu.
http://www.wikimu.com/news/displaynews.aspx?id=5008
Kemarin, tim uji coba kendaraan berbahan bakar tersebut mengunjunginya. Mereka dipimpin staf khusus Presiden SBY, Heru Lelono. Rombongan itu dalam perjalanan dari Cikeas, Bogor menuju Nusa Dua, Bali, tempat digelarnya United Nation Framework Conference on Climate Change (UNFCCC) 2007.
"Luar biasa. Ini mobil Mazda Six punya Patwal Mabes (Polri) yang bisa berkecepatan 240 kilometer per jam ini kami coba lari 180 kilometer per jam tanpa ada persoalan. Jadi, moga-moga apa yang kita uji coba ini benar-benar bermanfaat. Insya Allah," ujar Heru begitu turun dari Ford Ranger B 9648 TJ.
Untuk diketahui, pertemuan kemarin berlangsung di salah satu hotel di Nganjuk. Rombongan Heru tiba sekitar pukul 09.00. Mereka mengendarai lima unit kendaraan untuk menguji bahan bakar berbahan dasar air tersebut. Yakni, dua pikap double cabin Ford Ranger, satu sedan Mazda 6, satu bus, dan satu truk pengangkut blue energy.
Sebelumnya, rombongan dilepas oleh Presiden SBY, Minggu lalu, dari kediaman pribadinya di Cikeas, Bogor . Rencananya, blue energy itu juga akan dipamerkan kepada dunia dalam UNCFCCC atau Konferensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim di Nusa Dua, Bali .
"Kita ingin membuktikan kepada dunia internasional bahwa kita bukan bangsa kere yang terombang-ambing harga minyak dunia. Bangsa Indonesia bisa menemukan (bahan bakar, Red) sendiri," tandas Heru bangga.
Kepada puluhan wartawan yang sejak pagi menunggu kedatangan rombongan, Heru mengungkapkan bahwa bahan bakar hasil penelitian belasan tahun Joko itu sangat irit. "Sekitar satu lima belas (1 liter dibanding 15 kilometer, Red). Tadi kami mencatat, untuk menempuh 374,5 kilometer, hanya butuh 25 liter," tutur staf khusus Presiden bidang otonomi daerah itu.
Selain hemat dan mampu meningkatkan performa kendaraan, lanjut Heru, keunggulan bahan bakar tersebut adalah rendahnya emisi karbon yang dihasilkan. Ini sesuai dengan pesan UNFCCC yang digelar 3-14 Desember mendatang.
"Sudah dicoba sendiri oleh Bapak Presiden. Beliau kemarin sempat duduk di belakang knalpot bus ini sambil menciumi asapnya. Paspampres (pasukan pengamanan presiden) sempat kerepotan takut Presiden karacunan, tapi tidak. Coba saja," tantangnya.
Penasaran, Wakil Bupati Nganjuk Djaelani Ishaq yang kemarin ikut menyambut kedatangan rombongan langsung mencoba mencium asap dari moncong knalpot bus. "Sama sekali tidak ada baunya," kata Djaelani setelah berkali-kali setelah mengisap asap tersebut.
Ditemani Joko, Heru kemarin juga mengungkapkan bahwa untuk memakai blue energy, mesin tidak perlu dimodifikasi. "Sama sekali tidak perlu ada modifikasi apa-apa. Ini kami bawa mobil berlainan tahun, semua bisa pakai," tandasnya.
Bahkan, lanjut Heru, ada yang sebelumnya menggunakan solar dan di tengah jalan langsung diganti 100 persen dengan blue energy. "Mobilnya malah semakin tidak ada getaran," lanjutnya bangga.
Sementara itu, Joko Suprapto yang selama ini terkesan misterius soal kedekatannya dengan SBY, kemarin mulai blak-blakan. Terutama soal aktivitasnya sebagai peneliti dan penemu blue energy. Dia bahkan sempat sedikit membeber teknologi yang mulai ditelitinya sejak 2001.
"Intinya adalah pemecahan molekul air menjadi H plus dan O2 min. Ada katalis dan proses-proses sampai menjadi bahan bakar dengan rangkaian karbon tertentu," terang peneliti yang mengaku banyak mengambil ide dari Alquran itu.
Untuk mesin dengan bahan bakar premium, solar, premix, hingga avtur, Joko mengaku telah menyiapkan bahan bakar pengganti sesuai dengan mesinnya. "Tinggal mengatur jumlah rangkaian karbonnya. Mau untuk mesin bensin, solar, sampai avtur ya sudah ada," kata ayah enam anak itu.
Yang menarik, bahan dasar air yang digunakan adalah air laut. "Kalau air tanah bisa menyedot ribuan atau jutaan meter kubik. Kasihan masyarakat, paling bagus nanti bahannya air laut," terang pria yang selalu menyembunyikan identitasnya, termasuk almamater tempatnya meraih gelar insinyur, itu.
http://www.wikimu.com/news/displaynews.aspx?id=5008
Langganan:
Postingan (Atom)