Rencananya pada April mendatang akan dioperasikan kilang minyak sintetik dengan kapasitas 5.400 barrel per hari atau setara dengan 10 liter per detik. Kilang tersebut akan difokuskan pada produksi minyak tanah.
Heru Lelono, salah satu peneliti yang berhasil mengembangkan bahan bakar sintetik ini mengatakan, seperti dikutip dari Tempo Interactive, 25/11, tujuan produksi minyak sintetik itu adalah untuk mengurangi ketergantungan terhadap minyak fosil.
Bahan bakar sintetik yang disebut blue energy ini dibuat dari substitusi molekul hidrogen dan karbon tak jenuh. Proses pembuatannya sama dengan minyak fosil namun dengan kadar emisi yang jauh lebih rendah. Untuk jenis bahan bakar diesel misalnya, kadar emisinya hanya 2,8 persen, lebih rendah dari minyak fosil yang sebesar 50-60 persen.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengatakan, bila produksi sebesar 5.400 barrel per hari tersebut bisa tercapai, maka produksinya akan dikembangkan lagi. "Pada tahap itu bisa dikembangkan lebih luas lagi menjadi industri berskala tertentu yang bisa memproduksi bahan bakar minyak ini," katanya.
Presiden SBY menceritakan bahwa tim ini pertamakali datang menghadap kurang lebih setahun lalu dan sejak itu SBY bersama para menteri terus memberikan dukungan. "Saya bahkan mengikuti terus perkembangan penelitian ini," ujar SBY. "Bermula dari seorang peneliti yang lebih mengutamakan proses penelitian di lapangan dan bukan teori, Joko Suprapto, yang melaksanakan penelitian itu belasan tahun yang lalu," Presiden menambahkan.
"Saya memberikan semangat, motivasi, dan dorongan agar penelitian, pengembangan, dan penemuan ini betul-betul menghasilkan sesuatu yang akan memberikan kontribusi luar biasa bagi bangsa Indonesia bahkan dunia. Lakukan terus dan tuntaskan penelitian ini. Saya akan menunggu hasil konkretnya setelah semua penelitian ini selesai," kata SBY. ** (Ardan)
http://www.technologyindonesia.com/
organization.php?page_mode=detail&id=15
Senin, 26 Mei 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar